Ponorogo, Ronggolawe News – Kirab pusaka dan Buceng purak merupakan puncak dari kegiatan budaya dan kesenian rakyat, lintas sejarah yang selalu ditunggu-tunggu oleh masyarakat Kabupaten Ponorogo di bulan suro.
Pemerintah Kabupaten Ponorogo, jelang Satu Suro menggelar Kirab pusaka yaitu tiga pusaka milik kabupaten Ponorogo sebab kirab pusaka dan lintas sejarah, merupakan bagian dari napak tilas sejarah perpindahan kota lama menuju ke kota tengah.
Budayawan Ponorogo, Sunarso mengatakan,
“Ada tiga pusaka yang diarak, yaitu Pusaka Tombak Tunggul Nogo, Payung Songsong Kyai Tunggul Wulung dan Sabuk Angkin Cinde Puspito,” terangnya.
“Ini merupakan bagian lintas sejarah pada zaman dahulu, dimana Kabupaten Ponorogo dahulu berada di kota lama kemudian berpindah ke kota tengah, yang sekarang menjadi pusat pemerintahan,” terangnya.
Sunarso menambahkan, setelah pusaka sampai di kota tengah, lalu ketiga pusaka dilakukan jamasan, atau dicuci sebelum kembali disimpan di pendopo agung Pemkab Ponorogo.
Sementara itu, Buceng Purak merupakan tumpeng berukuran besar yang nantinya bakal diperebutkan, karena dianggap membawa berkah bagi siapa yang mendapatkan.
Pemerhati grebeg Suro, Bibit Utomo menyampaikan,
“Setiap kegiatan Grebeg Suro, yang disitu salah satu ada Kirab Pusaka dan Buceng purak pasti akan menyedot perhatian masyarakat di Kabupaten maupun luar kabupaten Ponorogo,” ungkap Bibit.
Biasanya berebut Buceng Purak, bersamaan dengan kirab tiga pusaka milik Kabupaten Ponorogo, yang juga sekaligus dijamas atau dicuci, yang memang cuma dilakukan setahun sekali.
“Isi dari Buceng Purak itu merupakan hasil bumi , diantaranya sayuran berupa kacang panjang, jagung, terong. Juga buah seperti apel, salak, belimbing, jeruk,” tambahnya.
Warga yang telah menunggu sejak siang hari tampak begitu antusias memperebutkan makanan yang disediakan. Mereka percaya, dengan memperoleh isi dari buceng, bisa membuat hidup mereka setahun ke depan lebih berkah.
” Kami sekeluarga percaya, makanya kalau kirab gini nunggu bucengnya, biar dapat berkahnya, meski jauh-jauh datang kesini, Alhamdulilah kami tetap dapat ini,” kata Warsono, warga Kediri kota sambil menunjukkan segenggam kacang panjang, terong, salak dan blimbing.
Berebut Buceng Purak memang menjadi sebuah tradisi bagi warga masyarakat Ponorogo, apalagi pada saat bulan Suro, sebelumnya, warga juga menggelar melekan (tidak tidur) semalam suntuk di saat malam 1 suro, serta berbagai tradisi lain yang masih dipertahankan hingga saat ini.(puji)