Jakarta, Ronggolawe News — Badan Gizi Nasional (BGN) kembali menyoroti ancaman lonjakan harga pangan yang dipicu meningkatnya kebutuhan bahan baku untuk Program Makan Bergizi Gratis (MBG). Untuk menahan gejolak itu, BGN meminta pemerintah daerah menggerakkan warganya untuk kembali memanfaatkan lahan—baik untuk bercocok tanam maupun beternak skala rumah tangga.
Wakil Kepala BGN Nanik Sudaryati Deyang mengatakan bahwa strategi ini bukan sekadar imbauan, tetapi langkah taktis agar ketersediaan bahan pangan tetap terjaga di tengah pesatnya pertumbuhan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di seluruh Indonesia.
“Kita mendorong pemanfaatan lahan-lahan kosong, baik untuk sayur, buah maupun ternak ayam petelur dan pedaging. Ini penting agar suplai bahan baku MBG tidak menimbulkan inflasi,” ungkap Nanik dalam Rakor Pengendalian Inflasi Daerah 2025 di Kemendagri, Senin (17/11/2025).
Lonjakan Permintaan MBG Mulai Tekan Harga Pasar
Pertambahan jumlah SPPG yang kini mencapai 15.211 terverifikasi dan 13.953 unit operasional, dengan total 43 juta penerima manfaat, disebut menjadi salah satu faktor yang memicu naiknya harga komoditas.
Beberapa harga yang disorot BGN antara lain:
Wortel : tembus Rp 23.000 – 25.000/kg
Kentang Ciwidey : Rp 8.000/kg di petani, naik menjadi Rp 10.000–11.000/kg di pasar
Kentang Dieng : di pasar sudah Rp 12.000/kg
“Penggunaan bahan baku yang sangat besar oleh SPPG membuat pasar ikut bergerak. Karena itu, kebijakan penggunaan komoditas harus disesuaikan kondisi harga di masing-masing daerah,” jelas Nanik.
BGN bahkan menegaskan bahwa SPPG harus mengurangi penggunaan komoditas yang harganya melonjak dan memaksimalkan bahan yang sedang anjlok di pasaran.
SPPG Terlalu Hati-Hati Usai Insiden Keamanan Pangan
Nanik juga menyinggung kecenderungan SPPG yang menggunakan jenis bahan baku itu-itu saja. Hal ini dipicu kekhawatiran setelah beberapa insiden keamanan pangan yang terjadi dalam program MBG.
“SPPG kini memilih bahan yang paling aman. Tapi ini membuat variasi bahan baku jadi minim, sehingga beban penyerapan hanya menumpuk di komoditas tertentu,” tambahnya.
BGN Siapkan Aturan Baru: Diversifikasi Wajib untuk Tekan Harga
Mengantisipasi potensi kenaikan harga memasuki bulan Desember dan momentum Natal–Tahun Baru, BGN menegaskan akan mengeluarkan kebijakan baru mengenai diversifikasi bahan baku MBG.
Nanik menyampaikan bahwa pihaknya telah meminta Kedeputian Sistem dan Tata Kelola (Sistakol) untuk menyusun aturan teknis agar SPPG wajib mengolah menu dengan komposisi bahan baku yang lebih variatif dan menyesuaikan dengan kondisi harga daerah.
“Diversifikasi ini salah satu cara tercepat untuk menurunkan tekanan pada pasar. Jika harga satu komoditas melonjak, SPPG wajib mencari alternatif,” tegasnya.
Ronggolawe News Catatan Redaksi
Seruan BGN ini menegaskan bahwa keberlanjutan Program MBG sangat bergantung pada kesiapan rantai pasok lokal. Dengan mendorong warga untuk bertani dan beternak, pemerintah tidak hanya menekan inflasi, tetapi juga menghidupkan kembali kultur kemandirian pangan berbasis desa—sebuah langkah yang belakangan justru melemah.
Ronggolawe News akan terus memantau implementasi kebijakan ini di daerah, termasuk kesiapan pemda, efektivitas gerakan pemanfaatan lahan, dan dampaknya terhadap harga komoditas menjelang Nataru.
Reportase Media Ronggolawe News
Mengabarkan






























