Ponorogo, Ronggolawe News- Kabupaten Ponorogo kembali menggelar Festival Nasional Reog Ponorogo (FNRP) ke XXVII tersebut yang dikemas dalam rangkaian Grebeg Suro tahun 2022. Dimana selama dua tahun ditiadakan akibat pandemi Covid 19.
“Sebagai ajang melestarikan budaya juga bagian dari promosi wisata Kabupaten Ponorogo,” kata Bupati Ponorogo, Sugiri Sancoko.
Di dalam Festival ini nanti diikuti 27 group reog dari berbagai daerah, dengan memperebutkan Piala Presiden.
“FNRP tahun ini terasa berbeda setelah didaulat Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) masuk dalam Kharisma Event Nusantara,” terangnya.
Kemudian masih menurut Sugiri, bahwa untuk tanggal 22 hingga 25 Juli, festival khusus untuk Reog mini, yang di ikuti oleh para pelajar serta anak perwakilan dari beberapa Groub Reog.
“Nanti setelah Reog mini, baru akan di lombakan untuk Reog Nasional, mulai tanggal 26 Juli,” imbuhnya.
Lanjutnya, dengan berbagai event budaya di Grebeg Suro, termasuk festival Reog Nasional ini nanti menjadi bukti bahwa Ponorogo siap menjadi bagian dari Unesco Creative Cities Networking atau Jaringan Kota Kreatif Dunia. Jejaring yang dihimpun Unesco ini merambah 295 kota dari 9 negara.
‘’Rangkaian acara Grebeg Suro ini juga membuat ekonomi kreatif rakyat Ponorogo menggeliat luar biasa,’’ pungkasnya.
Sementara itu, para Pedagang pakaian khas Ponorogo dan aksesoris Reyog kelarisan dalam event Grebeg Suro tahun ini. Acara pembukaan belum di mulai, tapi pendapatan mereka sudah naik 50 persen dari biasanya. Konsumen datang dari warga lokal, khususnya dari kalangan Aparatur Sipil Negara ( ASN ) Pemkab Ponorogo yang berburu kaos dan penadon.
Salah satu pedagang, Hartono mengatakan, ada instruksi dari bupati, selama satu bulan penuh, kalangan ASN wajib mengenakan pakaian khas Ponorogo hitam-hitam untuk cowok dan batik untuk cewek. Karenanya para ASN beli tak hanya satu stel pakaian penadon saja tapi minimal 2 stel.
Sebenarnya kebijakan tersebut bukan hal baru karena setiap ada event Grebeg Suro dan hari jadi selalu diwajibkan pakai penadon. Pakaian yang dimiliki mungkin sudah usang dan waktunya ganti. Terkait harga, diakui ada kenaikan tapi sedikit, antara 5 ribu hingga 10 ribu rupiah per item.
Hartono menjelaskan, Untuk kaos sekitar 75 ribu dan penadon sekitar 90 ribu rupiah, semua stok dipenuhi kalangan UMKM sendiri sehingga tidak mengambil dari luar.
Diperkirakan, omzet penjualan akan terus meningkat, puncak nya ketika ada festival nasional reyog Ponorogo yang mendatangkan peserta luar daerah. Mereka akan berburu oleh-oleh berupa aksesoris, mulai dari ganongan, gantungan kunci reyog, dan miniatur.(red)