Ronggolawe News – Peristiwa G30S PKI atau Gerakan 30 September merupakan peristiwa pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) yang terjadi pada 30 September malam di masa awal-awal kemerdekaan.
Pada kudeta tersebut, setidaknya ada 7 perwira tinggi militer yang terbunuh. Lantas, kenapa G30S PKI bisa terjadi?
Peristiwa G30S PKI merupakan salah satu kejadian paling memilukan dalam sejarah Indonesia.
Meski sudah berlalu cukup lama, peristiwa kelam G30S PKI masih melekat di ingatan masyarakat Indonesia dan diperingati sampai sekarang setiap tahunnya.
Latar belakang kenapa G30S PKI bisa terjadi
Dirangkum dari berbagai sumber, berikut latar belakang G30S PKI bisa terjadi dalam sejarah Indonesia.
Adanya ketegangan politik.
Sebelum peristiwa G30S PKI terjadi, situasi Indonesia di tahun 1960-an ini sedang menghadapi ketegangan politik yang meningkat.
Sejak proklamasi kemerdekaan, Presiden Soekarno menjadi orang yang memimpin pemerintahan dan beliau juga yang menerapkan kebijakan “Demokrasi Terpimpin” sehingga seluruh kekuasaan berpusat di tangan eksekutif.
Akan tetapi, pemerintahan Soekarno juga terlibat konflik politik dengan kelompok politik lain termasuk kelompok Islam, PKI hingga tentara.
PKI menginginkan kekuasaan
Di sisi lain, Partai Komunis Indonesia (PKI) yang dipimpin oleh D.N. Aidit sedang mengalami pertumbuhan pesat selama periode tersebut.
PKI memanfaatkan ketidakpuasan sosial dan ekonomi mereka untuk memperluas pengaruhnya ke kalangan buruh dan petani.
PKI ingin menggulingkan pemerintahan
PKI ingin menggulingkan pemerintahan Presiden Soekarno karena muncul ketidakharmonisan antara ideologi komunisme yang diyakini oleh PKI dengan nasionalisme yang dijalankan pemerintah.
PKI ingin ideologi Indonesia berubah dari nasionalisme menjadi komunisme. Selain itu, ada ketidakharmonisan antara PKI dan Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang berseberangan politik.
Perekonomian Indonesia tidak stabil
Kemudian, kondisi Indonesia sedang menghadapi masalah ekonomi yang serius, termasuk inflasi tinggi, kekurangan pangan, dan ketidakstabilan sosial.
Ketidakstabilan inilah jadi pemicu ketidakpuasan di kalangan rakyat yang kemudian dieksploitasi oleh PKI untuk mendongkrak pengaruhnya.
Terjadinya peristiwa G30S PKI
Dari latar belakang di atas dapat terlihat bahwa konflik internal dalam tubuh pemerintahan dan militer tengah memperburuk situasi.
Kemudian, ditambah oleh PKI yang menginginkan pembagian kekuasaan dan lebih dominan dalam pemerintahan dengan cara-cara ekstrem termasuk kudeta.
Semua faktor dari latar belakang tersebut membuat PKI mengincar perwira tinggi TNI AD untuk melancarkan aksi pemberontakan.
Lalu, peristiwa G30S PKI mulai terjadi di 30 September pada malam hingga dini hari, menjelang 1 Oktober 1965.
Peristiwa ini dimotori oleh pemimpin terakhir PKI yakni Dipa Nusantara Aidit atau DN Aidit. Ia dan kelompoknya mengincar enam orang perwira tinggi TNI AD untuk menjadi targetnya.
Tiga orang perwira pertama langsung dibunuh di kediamannya. Sementara sisa perwira lainnya diculik dan dibawa menuju Lubang Buaya.
Keenam perwira tinggi yang menjadi korban G30S PKI antara lain Letnan Jenderal Anumerta Ahmad Yani, Mayor Jenderal Raden Soeprapto, Mayor Jenderal Mas Tirtodarmo Haryono, Mayor Jenderal Siswondo Parman, Brigadir jenderal Donald Isaac Panjaitan, dan Brigadir Jenderal Sutoyo Siswomiharjo.
Selain enam jenderal yang gugur, korban lainnya yaitu ajudan Menhankam/Kasab Jenderal Nasution, Letnan Satu Pierre Andreas Tendean, dan Pengawal Wakil Perdana Menteri II Dr. J. Leimena, Brigadir Polisi Satsuit Tubun.
PKI melakukan tindakan penculikan dan pembunuhan terhadap jenderal TNI AD. Tindakan ini dikenal sebagai bagian dari upaya kudeta yang dilakukan oleh kelompok yang menyebut diri mereka sebagai Gerakan 30 September (G30S).
Kekacauan pun tidak hanya berlangsung di Jakarta saja pada saat itu, melainkan juga turut terjadi di Yogyakarta.
G30S PKI di Yogyakarta dipimpin oleh Mayor Mulyono menyebabkan gugurnya TNI Angkatan Darat Kolonel Katamso dan Letnan Kolonel Sugiyono.
Kolonel Katamso adalah Komandan Korem 072/Yogyakarta, sedangkan Letnan Kolonel Sugiyono adalah Kepala Staf Korem. Keduanya diculik dan gugur di Desa Keuntungan, utara Yogyakarta.
Pengertian, Ciri-Ciri, dan Contoh Sejarah Sinkronik
Mengapa PKI bunuh para jenderal pada waktu itu?
Dalam peristiwa G30S, PKI membunuh para jenderal TNI AD. Akan tetapi, mengapa PKI ini menyasar para jenderal pada waktu itu?
Dirangkum dari berbagai sumber, PKI menyasar para jenderal TNI AD dan membunuhnya dikarenakan percaya bahwa ada konspirasi militer yang bertujuan untuk menggulingkan Presiden Soekarno yang merupakan sekutu mereka.
PKI merasa terancam oleh potensi tindakan militer tersebut dan berusaha mengantisipasi ancaman ini dengan cara yang ekstrem.
Selain itu, ada ketegangan yang signifikan antara PKI dan militer. PKI merasa bahwa mereka berada dalam posisi terjepit di tengah persaingan politik yang meningkat dan melihat jenderal-jenderal TNI AD sebagai ancaman langsung.
Dikarenakan PKI ingin menyingkirkan TNI AD dan merebut kekuasaan pemerintahan, maka cara yang mereka lakukan yaitu dengan membunuh para jenderal TNI AD.
Tujuan setelah PKI menghabisi para jenderal TNI AD ini yaitu ingin mewujudkan cita-cita kelompoknya, yakni menjadikan ideologi komunis dalam membentuk sistem pemerintahan yang digunakan sebagai alat untuk mewujudkan masyarakat komunis.
Kemudian mengganti ideologi Pancasila menjadi ideologi komunis. Kudeta yang dilakukan kepada Presiden Soekarno tak lepas dari rangkaian kegiatan komunisme internasional.
Evakuasi korban G30S PKI di Lubang Buaya, Jakarta Timur, berlangsung pada 4 Oktober 1965. Berikut beberapa hal yang terjadi selama proses evakuasi:
Proses pengangkatan jenazah dilakukan oleh Korps Komando Operasi (KKO) Angkatan Laut, yang saat ini berubah nama menjadi Korps Marinir.
Pasukan evakuasi awalnya hanya bisa melihat kaki para korban karena jenazah dibuang dengan posisi kepala terlebih dahulu.
Proses pengangkatan jenazah berlangsung dramatis karena banyak prajurit pingsan akibat menghirup gas dari dalam sumur.
Jenazah pertama yang diangkat adalah Pierre Tendean, sedangkan yang terakhir adalah D.I Panjaitan.
Jenazah Ahmad Yani dan Sutoyo sempat terjatuh kembali ke dasar sumur karena tali tidak kuat menopang jasad mereka.
Setelah semua jenazah terangkat, lokasi disterilkan dan dijaga oleh pasukan baret merah.
Ketujuh jenazah perwira TNI AD tersebut dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Kalibata pada 5 Oktober 1965
Demikianlah kisah di balik peristiwa kenapa G30S PKI bisa terjadi dalam sejarah bangsa Indonesia.
#Dari berbagai sumber