Jakarta, Ronggolawe News – Badan Gizi Nasional (BGN) akhirnya mengeluarkan sinyal keras: dapur Makan Bergizi Gratis (MBG) yang lalai dan menyebabkan keracunan berulang akan ditutup permanen tanpa kompromi.
Langkah ini menjadi babak baru dalam pengawasan program nasional yang menyentuh dapur rakyat hingga pelosok desa, namun kini tengah diterpa persoalan serius: keamanan pangan.
“Betul, jika terjadi keracunan berulang, SPPG akan ditutup permanen,” tegas Wakil Kepala BGN, Nanik S. Deyang, Selasa (11/11/2025).
Menurutnya, keputusan ini bukan sekadar sanksi administratif, tapi bentuk perlindungan terhadap ribuan anak penerima manfaat yang menjadi prioritas utama program MBG.
“Kalau sudah pernah keracunan dan terulang lagi, itu artinya tata kelola tidak dijalankan dengan benar — mulai dari waktu memasak, bahan baku, hingga distribusi,” ujarnya lugas.
🔍 Ronggolawe News Mencatat: Fakta di Balik Tegasnya BGN
Berdasarkan data resmi BGN, sebanyak 112 dapur MBG (SPPG) telah ditutup karena pelanggaran SOP. Dari jumlah itu, 13 dapur kini sedang dalam tahap verifikasi untuk kemungkinan dibuka kembali, setelah dinyatakan siap memperbaiki sistem pengelolaan.
Pelanggaran paling banyak ditemukan pada:
Proses memasak yang dilakukan terlalu dini (lebih dari 5 jam sebelum distribusi)
Ketidakhigienisan peralatan makan (food tray tidak disterilkan)
Ketidaksesuaian suhu penyimpanan bahan baku dan lauk olahan
Dari hasil evaluasi sementara, faktor kelalaian manusia dan lemahnya pengawasan daerah menjadi penyumbang terbesar kasus keracunan berulang.
⚖️ Antara Ketegasan dan Kelemahan Sistemik
Langkah BGN menutup dapur bermasalah tentu mendapat dukungan publik. Namun, di balik keputusan itu, Ronggolawe News mencium tanda bahaya lain: struktur pengawasan lapangan yang rapuh dan rentan manipulasi laporan.
Sejumlah relawan dan koordinator lapangan di daerah menyebut, sebagian SPPG bekerja dengan tekanan waktu dan keterbatasan alat, tanpa bimbingan teknis yang memadai.
“Ada dapur yang harus menyiapkan ribuan porsi hanya dengan tiga tungku dan dua pekerja. Risiko salah kelola jadi tinggi,” ujar salah satu narasumber di Tuban, yang meminta identitasnya dirahasiakan.
Artinya, penutupan permanen bukan satu-satunya solusi. Diperlukan pembenahan sistem dari hulu — termasuk rantai pasokan bahan, distribusi peralatan higienis, dan pengawasan independen lintas kementerian.
⚠️ Ronggolawe View: Antara Tanggung Jawab dan Nyawa Anak Bangsa
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) adalah janji besar yang lahir dari politik kesejahteraan. Namun, setiap piring nasi yang terhidang juga membawa tanggung jawab moral negara.
Keracunan bukan sekadar “insiden teknis” — itu indikasi bahwa dapur kebijakan belum sepenuhnya bersih.
Ronggolawe News menegaskan:
1. BGN harus membuka data publik tentang daftar dapur yang ditutup dan penyebabnya.
2. Pemda wajib hadir dalam pengawasan harian, bukan hanya saat peresmian.
3. Transparansi laporan bahan baku dan waktu produksi harus dijadikan standar nasional.
Karena ketika satu anak jatuh sakit akibat makanan dari program negara, yang tercemar bukan hanya perut rakyat — melainkan juga kepercayaan publik terhadap pemerintah.
Catatan redaksi : merupakan peringatan keras bagi MBG di Kabupaten Tuban terutama yang sudah pernah terjadi insiden keracunan.
Beberapa insiden terkait penemuan ulat/belatung dan kasus dugaan keracunan telah dilaporkan dalam pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG) atau SPPG MBG di Tuban, Jawa Timur, selama tahun 2025.
Daftar Peristiwa Ulat/Belatung di Makanan MBG Tuban
Juli 2025 (Hari Pertama Sekolah): Siswa di dua sekolah di Kecamatan Tambakboyo, Kabupaten Tuban, yaitu SMK 1 Tambakboyo dan SMA Negeri di kecamatan yang sama, menemukan belatung dalam sajian makanan MBG. Insiden ini terjadi pada hari pertama masuk sekolah tahun ajaran 2025-2026, dan video temuan tersebut menjadi viral di media sosial. Dinas Kesehatan Tuban menyatakan bahwa itu adalah ulat sayur yang kurang bersih saat dicuci.
September 2025: Seekor ulat ditemukan lagi dalam menu MBG di SDN 1 Compreng, Kecamatan Widang. Ulat sayur tersebut ditemukan melekat pada sayuran sawi yang disajikan bersama mi instan. Pihak SPPG (Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi) segera menarik paket makanan yang tercemar dan menggantinya dengan yang baru, serta meminta maaf dan berjanji akan lebih teliti.
Oktober 2025: Ulat buah kembali ditemukan pada menu makan penunjang MBG, yaitu buah melon, di SMK TJP Tuban. Pihak sekolah meminta penggantian makanan dan berkoordinasi dengan SPPG setempat untuk meningkatkan pengawasan.






























