Surakarta, Ronggolawe News — Di tengah gonjang-ganjing dualisme kepemimpinan Keraton Kasunanan Surakarta, suasana hangat dan penuh tata krama Jawa justru tampak ketika dua figur yang sama-sama mengklaim gelar Paku Buwono XIV bertemu tanpa rencana di Masjid Agung Solo, Jumat (5/12/2025).
Usai rangkaian salat Jumat dan salat gaib untuk korban banjir di Sumatera, KGPH Purbaya (PB XIV Purbaya) yang berada di saf depan berjalan menuju sisi selatan masjid tempat kakaknya, KGPH Mangkubumi (PB XIV Mangkubumi) menunaikan ibadah.
Di antara kerumunan jamaah, keduanya saling menyalami, tersenyum, bahkan berpelukan disertai cipika-cipiki—gestur langka di tengah isu perebutan legitimasi takhta yang selama ini membelah para abdi dalem dan pengageng keraton.
Pertemuan singkat itu berlangsung tanpa protokol, tanpa pengawalan berlebihan, dan tanpa ketegangan. Sebuah adegan sederhana, namun sarat makna bagi masa depan Keraton Surakarta.
“Biasa saja, beliau kakak saya”
Kepada wartawan, PB XIV Purbaya menegaskan bahwa tidak ada pesan politik dalam perjumpaan itu.
“Ketemu ya biasa, kakak saya. Tidak ada pembicaraan khusus. Saling nyapa saja,” ujarnya seperti dikutip detikcom.
Purbaya mengaku jarang bertemu Mangkubumi karena kesibukan kuliah dan aktivitas yang membuatnya lebih banyak berada di Yogyakarta. Seusai bersalaman dan berpamitan, ia meninggalkan area masjid dengan kendaraan Mercedes-Benz setelah sempat melayani permintaan foto dari warga.
Mangkubumi: “Silaturahmi saja, sae-sae”
Tak lama kemudian, PB XIV Mangkubumi menyusul keluar. Ditanya soal momen hangat itu, ia menyampaikan hal serupa.
“Silaturahmi saja, sae-sae (baik-baik),” tuturnya singkat.
Tak ada tanda-tanda perselisihan, apalagi ketegangan. Justru yang tampak adalah sikap dewasa dua putra PB XIII yang, meski berbeda pilihan jalan menuju takhta, tetap memegang sopan santun Jawa yang diwariskan para leluhur.
Konflik Suksesi yang Belum Usai
Pertemuan itu menjadi sorotan karena terjadi di tengah polemik suksesi Keraton Solo pasca wafatnya SISKS Paku Buwono XIII. Krisis bermula saat:
KGPH Purbaya mengukuhkan diri sebagai PB XIV sesaat sebelum pemakaman ayahnya.
Padahal KGPH Purboyo (Mangkubumi) telah diangkat sebagai putra mahkota sejak 2022 dengan gelar KGPAA Hamangkunagara Sudibya Rajaputra Narendra Mataram VI.
Sepekan kemudian, Mangkubumi juga dinyatakan sebagai PB XIV oleh sebagian keluarga dan abdi dalem.
Dualisme ini memecah struktur internal keraton dan menimbulkan kebingungan di tingkat masyarakat adat.
Namun, momen saling peluk di Masjid Agung Solo memberi angin segar: bahwa komunikasi antar keduanya masih terbuka, dan jalan damai tetap memungkinkan.
Isyarat Rekonsiliasi?
Para pengamat budaya mencatat bahwa simbol-simbol kecil dalam kebudayaan Jawa sering kali bermakna besar. Sentuhan tangan, cipika-cipiki, dan pelukan ringan bisa menjadi sinyal bahwa konflik takhta bisa mereda, atau setidaknya tidak mengarah pada konfrontasi terbuka.
Bagi masyarakat Solo, kehadiran dua figur ini di ruang ibadah dan saling menyapa dengan penuh unggah-ungguh adalah pengingat bahwa Keraton Surakarta, meski terbelah, masih memiliki peluang kembali bersatu.
Ronggolawe News akan terus memantau perkembangan suksesi Keraton Surakarta





























