Jakarta, Ronggolawe News — Insiden yang melibatkan mobil minivan berstiker Badan Gizi Nasional (BGN) di SDN Kalibaru 01 Cilincing, Jakarta Utara, Kamis (11/12/2025), bukan sekadar kecelakaan lalu lintas biasa. Peristiwa yang menyebabkan 21 siswa dan guru luka-luka ini mengungkap persoalan lebih dalam terkait keselamatan distribusi program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang selama ini jarang disorot publik.
Di tengah euforia pemerintah pusat memperluas program MBG, tragedi ini justru memunculkan pertanyaan mendasar: seberapa siap sistem pendukung MBG dijalankan secara aman di lapangan?
Mobil BGN Menerobos Pagar, Siswa Sedang Kegiatan Pagi
Peristiwa terjadi sekitar pukul 06.39 WIB, saat ratusan siswa mengikuti kegiatan literasi pagi di lapangan sekolah. Tanpa pengamanan berlapis, sebuah minivan berstiker BGN dengan nomor polisi B 2093 UIU menerobos pagar sekolah dan melaju tak terkendali ke arah kerumunan siswa.
Kapolres Metro Jakarta Utara, Kombes Pol Erick Frendiz, yang memimpin langsung pemeriksaan di lokasi, menegaskan bahwa prioritas pertama adalah mengevakuasi para korban.
“Prioritas utama membawa korban ke RS untuk penanganan medis,” ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Budi Hermanto.
Siswa dan seorang guru langsung dilarikan ke RS Koja dan RSUD Cilincing. Sebagian mengalami luka ringan hingga sedang, namun detail cedera tidak diungkapkan demi melindungi identitas korban di bawah umur.
Sopir Pengganti, Bukan Sopir Utama
Fakta yang kemudian terungkap semakin memperbesar sorotan publik.
Sopir minivan berinisial AI adalah sopir pengganti, bukan sopir utama kendaraan distribusi MBG. Kapolsek Cilincing Kompol Bobi Subasri menyebut pria tersebut baru dua kali bertugas mengantar makanan bergizi ke sekolah itu.
“Sopir pengganti, iya. Sopir utamanya sakit. Ini baru kedua kalinya dia menggantikan,” jelas Bobi.
Pertanyaan pun bergulir:
mengapa kendaraan operasional MBG diserahkan kepada sopir yang belum mahir dan minim pengalaman lapangan?
Yang lebih janggal lagi, menurut Gubernur Jakarta Pramono Anung, pintu sekolah dalam kondisi tertutup, tetapi mobil justru masuk dengan kecepatan tak terkendali.
Jumlah Korban Bertambah Menjadi 21 Orang
Gubernur Pramono Anung yang meninjau langsung kondisi korban di RS Koja menegaskan bahwa jumlah korban bertambah menjadi:
5 orang dirawat di RS Koja (1 guru, 4 siswa)
16 orang dirawat di RSUD Cilincing
“Sampai sekarang tercatat ada 21 korban,” ujar Pramono.
“Mudah-mudahan tidak ada yang lebih parah.”
Gubernur juga menyebut mobil tersebut memang rutin mengantar MBG ke sekolah. Namun penggunaan sopir pengganti menjadi faktor risiko yang tidak diantisipasi.
Sorotan Publik: Lemahnya SOP dan Pengawasan Program MBG
Ronggolawe News mencatat bahwa sejumlah pertanyaan kunci kini mengemuka:
- Di mana SOP keselamatan kendaraan operasional MBG?
Program sebesar MBG melibatkan ribuan kendaraan setiap hari. Pengemudi seharusnya melalui tes kelayakan, pelatihan keselamatan, dan verifikasi dokumen ketat.
- Mengapa sopir pengganti bertugas tanpa pengawasan?
Dua kali bertugas tanpa pendampingan dalam area sekolah yang rawan anak-anak jelas berisiko tinggi.
- Siapa pihak yang bertanggung jawab atas standar operasional BGN?
- Apakah kendaraan operasional BGN telah melalui uji kelayakan teknis?
Rem blong? Human error? Atau kombinasi keduanya?
Hingga kini, keterangan teknis masih belum dibuka.
Pendidikan Sedang Berlangsung — Keamanan Runtuh
Ironisnya, insiden ini terjadi saat siswa sedang mengikuti kegiatan literasi pagi, kegiatan yang seharusnya aman, teduh, dan jauh dari risiko.
Alih-alih makanan bergizi, yang datang justru malapetaka.

Sementara itu, Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana mengevaluasi perekrutan sopir maupun pegawai SPPG buntut sopir mobil MBG menerobos SDN Kalibaru 01 Pagi, Cilincing, Jakarta Utara, hingga menabrak siswa dan guru. Dadan meminta SPPG lebih cermat dalam memilih sopir yang mendistribusikan MBG.
“Iya, tentu saja ya, tentu saja. Karena selama ini kan juga kita sudah lakukan, bahkan di dalam juknis kami sudah tertulis bahwa mobil sebelum digunakan untuk pengiriman itu wajib dicek setiap hari,” kata Dadan setelah menjenguk korban di RSUD Koja, Jakut, Kamis (11/12/2025).
Dadan menyampaikan, bila terjadi pergantian sopir utama dengan sopir cadangan, kualifikasi penggantinya harus setara.
“Dan dengan adanya kasus penggantian sopir, ini kelihatannya menjadi insight baru bagi Badan Gizi Nasional agar KSPPG secara cermat mengganti atau memilih sopir cadangan yang kualifikasinya sama,” jelas dia.
Terkait mobil MBG yang menabrak siswa dan guru pada pagi tadi, Dadan mengungkapkan bahwa sopir tersebut tercatat sebagai pegawai resmi. Sopir merupakan karyawan di SPPG Walangsari.
“Iya, termasuk (pegawai SPPG), masuk,” kata Dadan.
Dadan mengatakan sopir tersebut berinisial AI. Hari ini AI menggantikan tugas sopir tetap yang biasa mengantar menu MBG ke SDN Kalibaru 01 Pagi.
“Memang pernah melakukan beberapa waktu yang lalu ketika sopir yang reguler sakit, jadi sopir ini juga yang meng-handle. Dan untuk di minggu ini, ini baru yang kedua. Jadi kemarin dia melakukan dengan baik, hari ini kita harus cek apa yang terjadi,” jelas dia.
Menurut Dadan, AI diperintah langsung oleh Kepala SPPG Walangsari untuk menggantikan sopir yang sakit. Dia mengatakan AI memiliki surat izin mengemudi (SIM).
“Setelah kami cek, alhamdulillah sopirnya memiliki SIM, mungkin hanya kurang pengalaman,” ucapnya.
Di sisi lain, BGN masih mendalami penyebab insiden itu. Dari kabar yang didapat, biasanya mobil MBG datang lebih awal dari siswa masuk sekolah.
“Dan biasanya juga mobil itu datang lebih awal dari anak-anak. Jadi ketika anak-anak sudah berbaris dan pintu ditutup, untuk yang biasa itu parkir di depan. Memang jalannya agak menanjak dan kami perkirakan ada kepanikan ketika pindah gigi dari dua ke satu, sehingga salah menginjak pedal,” ungkap dia.
Total ada 21 korban dari insiden ini. Sopir mobil MBG berdalih salah menginjak pedal hingga menyebabkan kendaraannya menabrak belasan siswa dan satu guru di lokasi.
Ronggolawe News melihat bahwa kasus ini berpotensi menjadi salah satu alarm keras bagi tata kelola distribusi MBG, terlebih setelah muncul kritik DPR tentang potensi ketidakterserapan dana dan kualitas implementasi di bawah standar.
Polda Metro Jaya Diminta Buka Hasil Investigasi Secara Transparan
Dengan jumlah korban mencapai 21 orang, publik kini menuntut transparansi penuh:
penyebab teknis kecelakaan,
kelayakan kendaraan,
kompetensi sopir pengganti,
serta mekanisme pengawasan BGN terhadap mitra swasta penyedia kendaraan.
Tanpa penjelasan terbuka, kepercayaan publik terhadap program MBG dapat tergerus, terutama di wilayah padat sekolah seperti Jakarta Utara.
Ronggolawe News Akan Terus Mengawal
Sebagai media independen dan kritis, Ronggolawe News akan terus mengikuti perkembangan investigasi, menghadirkan laporan lapangan, serta menagih penjelasan dari pihak BGN, Pemprov DKI, dan aparat penegak hukum.
Program MBG tidak boleh menjadi ancaman keselamatan bagi pelajar.
Kesalahan prosedur harus ditelusuri, dan pertanggungjawaban harus dihadirkan.






























