Jakarta , Ronggolawe News — Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan presiden terpilih Prabowo Subianto sama-sama menunjukkan keinginan bertemu Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. Pengamat menilai ada kepentingan politik di balik niat silaturahmi di masa Lebaran.
Tim Prabowo lebih dulu menunjukkan keinginan bertemu Megawati. Mereka mencoba berbagai cara untuk mendekati partai banteng setelah Pilpres 2024.
Ketua Tim Kampanye Nasional Prabowo-Gibran Rosan Roeslani bolak-balik menemui orang-orang dekat Megawati. Salah satunya buka bersama dengan anak Megawati sekaligus Ketua DPP PDIP Puan Maharani pada 1 April 2024.
Setelah itu, Rosan dua kali mengunjungi Megawati pada Lebaran. Pertemuan pertama cuma lima menit, sedangkan pertemuan berikutnya sampai 1,5 jam.
Lalu ia bertemu dengan Ketua Tim Pemenangan Nasional Ganjar-Mahfud Arsjad Rasjid, Kamis (11/04/2024). Dua orang itu bertemu dalam acara open house di rumah Rosan di Jakarta.
“Kan pertemuan Pak Prabowo dengan Pak Rosan gak cuma hari ini, tapi udah semalam. Mungkin semalam sudah diceritakan,” kata Ketua Harian Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad di Jakarta, Kamis, saat ditanya apakah Rosan melapor ke Prabowo soal hasil pertemuan dengan Megawati.
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Habiburokhman mengungkapkan Dasco juga menjalin komunikasi dengan Puan. Dia yakin dua sosok itu menjadi kunci rekonsiliasi Prabowo dengan PDIP dan Megawati.
Berlomba bertemu Mega
Sementara itu, Jokowi dikabarkan mencari waktu bertemu dengan Megawati. Hal itu diungkap Koordinator Staf Khusus Presiden Ari Dwipayana yang merespons soal Jokowi yang belum dijadwalkan berlebaran ke rumah Mega.
Ari mengatakan Jokowi bukannya tidak bersilaturahmi dengan Mega pada Lebaran ini. Jokowi hanya sedang punya sejumlah kegiatan, termasuk berlibur dengan keluarga di Medan.
“Terkait silaturahmi dengan Ibu Megawati sedang dicarikan waktu yang tepat. Lagian ini masih di bulan Syawal. Bulan Syawal adalah bulan yang paling tepat untuk mempererat silaturahmi,” ujar Ari lewat pesan singkat, Jumat (12/04/2024).
Respons PDIP
Keingan Jokowi dan Prabowo bertemu Megawati direspons berbeda oleh Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto. Hasto mengatakan pertemuan Megawati dengan Prabowo bisa saja terjadi setelah sidang sengketa Pilpres 2024 di Mahkamah Konstitusi (MK).
Dia menyebut hubungan Megawati dengan Prabowo baik-baik saja. Namun, PDIP saat ini masih berfokus menghadapi sidang di MK.
“Yang penting, tidak ada persoalan secara pribadi antara Ibu Mega dan Bapak Prabowo, mengingat secara kesejarahan tidak ada masalah,” kata Hasto di kediaman Megawati, Jakarta, Jumat (12/04/2024), dilansir detikcom.
Pada saat bersamaan, Hasto merespons pertemuan Jokowi dan Megawati dengan sindiran. Dia menyinggung keterlibatan Jokowi dalam kecurangan di Pilpres 2024.
“Dalam konteks terkait dengan Pak Jokowi, banyak anak ranting justru mengatakan sebentar dulu, biar bertemu dengan anak ranting dulu karena mereka juga jadi benteng bagi Ibu Megawati Soekarnoputri,” tutur dia.
Pengamat politik Universitas Andalas Asrinaldi mengatakan pertemuan dengan Megawati menjadi kunci peta politik setelah Jokowi lengser.
Prabowo, ucapnya, bisa lepas dari kontrol Jokowi bila berhubungan baik dengan PDIP. Jika itu terjadi, pengaruh Jokowi akan melemah.
“Ketika Prabowo bisa bertemu Mega, itu menjadi kerugian bagi Jokowi. Tamparan keras bagi Jokowi. Ini yang harus diantisipasi cepat oleh Jokowi,” ucap Asrinaldi dikutip saat dihubungi oleh CNNIndonesia.com, Sabtu (13/04/2024).
Asrinaldi mengatakan Jokowi ingin segera bertemu dengan Megawati untuk meredakan ketegangan dengan PDIP. Dengan begitu, PDIP tidak akan bersatu dengan Prabowo dan melemahkan pengaruhnya.
Dia menilai misi Jokowi itu hanya bisa terwujud jika Megawati melunak. Jika Jokowi gagal merayu Mega, Asrinaldi menyebut posisi Prabowo akan menguat.
“Tentu harus ada cara agar Mega mau ketemu Jokowi, harus ada suatu yang ditawarkan. Saya yakin PDIP akan memberi jalan jika Jokowi dirasa memfasilitasi kepentingan mereka,” ujarnya.
Terpisah, Direktur Trias Politika Strategis Agung Baskoro melihat memang ada bau politik di balik kengototan Prabowo bertemu Megawati.
Faktor utama menurut Agung adalah perebutan kontrol kekuasaan. Pertemuan itu bisa mengurangi dominasi Jokowi atas Prabowo.
“Saya lihat dengan komunikasi dengan Mega, perimbangan sudah terjadi ketika Prabowo sangat intim dengan Pak SBY. Arahnya sama, ingin menempatkan alumni presiden punya posisi yang sama,” ucap Agung.
Dia menambahkan, “Kalau dulu ramai petugas partai, saat ini Prabowo tidak mau menjadi petugas Jokowi.” tambah Agung.
Pemenang Pemilu
PDIP secara resmi diumumkan KPU sebagai pemenang Pemilu 2024. Partai Banteng mendapatkan 25.387.279 suara atau 16,72%. Dengan begitu PDIP berhak mendapatkan kursi Ketua DPR sebagai pemegang mayoritas suara di parlemen.
Hal ini tentu membuat peran PDIP dengan sosok sentral Megawati di dalamnya sangat menentukan dalam peta politik nasional.
PDIP juga kenyang pengalaman sebagai oposisi selama 10 tahun di rezim Susilo Bambang Yudhoyono (2004-2014). Baik Prabowo maupun Jokowi dinilai punya kepentingan besar untuk bisa mendapat dukungan PDIP dan Megawati.@nt