Malang, Ronggolawe News – Tampak Ribuan Aremania (pendukung Arema FC) dari berbagai penjuru kembali turun ke jalan, Minggu (27/11/2022). Aksi solidaritas ‘Malang Black Sunday’ dilakukan sejak pagi.
Rombongan Aremania dan Aremanita ini datang dari dua arah. Dari sebelah selatan, Aremania berkumpul di simpang tiga Bendo, Desa Karangpandan, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang. Sedangkan dari arah utara berkumpul di Bounderland Pakisaji. Kemudian mereka melakukan longmarch menuju halaman depan Polsek Pakisaji. Kedua titik massa ini merupakan akses utama jalur Propinsi menuju Malang-Kepanjen-Blitar dan sebaliknya.
Selama aksi berlangsung, arus lalu lintas dari dua arah terpaksa dialihkan. Bahkan sebelumnya sempat macet panjang hingga lebih dari 2 kilometer. Sampai di depan Mapolsek Pakisaji, Aremania berorasi menuntut keadilan atas Tragedi Kanjuruhan pada 1 Oktober 2022 lalu yang menewaskan 135 Aremania Aremanita.A
Ada penyampaian puisi serta keluhan dari perwakilan para keluarga korban. “Kami di sini hanya menuntut keadilan. Karena banyak saudara kami yang meninggal akibat tembakan gas air mata saat menonton sepakbola di Stadion Kanjuruhan,” ucap salah satu keluarga korban Tragedi Kanjuruhan.
“Aksi turun jalan ini akan kami terus lakukan sampai keadilan bisa ditegakkan. Semua pelaku penembakan gas air mata dihukum,” sambungnya.
Aremania Pakisaji mengusung sejumlah tuntutan dalam aksi tersebut. Di antaranya mendesak pengusutan Tragedi Kanjuruhan secara tuntas, menyeluruh, adil dan bermartabat. Kedua, mendudukkan persoalan secara adil dan menempatkan persoalan pada tempatnya. Ketiga, menuntut pemenuhan hak-hak secara adil bagi para korban Tragedi Kanjuruhan.
Aksi aremania menuntut pengusutan tuntas Tragedi Kanjuruhan
Keempat, menuntut percepatan Tragedi Kanjuruhan secara cermat dan tuntas. Kelima, menuntut perbaikan sepakbola nasional secara menyeluruh. Terakhir, menuntut pemerintah menyatakan bahwa Tragedi Kanjuruhan adalah pelanggaran HAM yang sangat berat dan patut untuk dibawa ke Pengadilan HAM Internasional.
Pernyataan sikap Aremania ini, ditujukan kepada Presiden Republik Indonesia, semua jajaran dan anggota Kepolisian Republik Indonesia dan Pemerintah Pusat, pemerintah daerah Jawa Timur dan pemerintah Kota/Kabupaten Malang. Setelah melakukan aksi di depan Polsek Pakisaji, ribuan Aremania akan kembali longmarch ke depan Pasar Pakisaji untuk menyuarakan aksi.
Upaya untuk mengejar keadilan terus digelorakan arek-arek Malang perihal tuntutan Tragedi Kanjuruhan bisa diusut sampai tuntas oleh pihak yang berwenang. Tidak hanya melakukan aksi damai dengan turun ke jalan, Aremania juga melakukan aksi lain berupa mengirimkan surat secara massal kepada Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo atau Jokowi.
Aksi ini lantas dilanjutkan oleh para pelajar yang berada di Kabupaten Malang. Ratusan pelajar mendatangi Kantor Pos Kepanjen pada Jumat (25/11/22) kemarin. Sebelum mengirimkan surat-surat berisikan curahan hati, para pelajar tingkat menengah atas ini menyanyikan lagu-lagu khas Aremania dengan lantang. Namun, aksi ini tak hanya berfokus pada pengusutan kasus saja. Namun lebih kepada cara menyampaikan empati terhadap suatu tragedi kemanusiaan yang terjadi.
ADVERTISEMENT “Sehingga perlu adanya banyak perhatian dari berbagai pihak. Termasuk dari para pelajar,” ucap Susanto Setiawan, guru SMK Muhammadiyah 1 Kepanjen yang turut mendampingi aksi siswanya. “(Agar) merasakan kesedihan juga,” timpal Putra Rohidin, siswa SMK Negeri 1 Kepanjen, Kabupaten Malang yang ikut dalam aksi.
Singgung Tragedi Kanjuruhan, Eks Official AFC: Hanya Prestasi yang Bisa Kembalikan Image Arema FC Putra pun merasa tergerak untuk ikut dalam gerakan usut tuntas ini. Pasalnya, ada sebagian rekannya yang menjadi korban dalam Tragedi Kanjuruhan. “Harapannya, semoga bapak Presiden bisa mendengarkan aspirasi kami untuk tragedi ini. Supaya bisa diusut sampai tuntas,” tambah dia.
Ribuan Aremania juga menggelar aksi di Kepanjen Kabupaten Malang, Minggu (27/11/2022) siang. Para Aremania ini menggelar aksi tepatnya di simpang empat Kepanjen Kabupaten Malang.
Sebelumnya, ribuan Aremania ini berkumpul di sekitar jalan raya Sumedang di Cepokomulyo, Kecamatan Kepanjen. Setelah berkumpul, massa lalu berjalan, dan bergerak menuju Simpang Empat Kepanjen.
Massa berkumpul tepat di simpang empat Kepanjen. Arus lalu lintas pun terpaksa dialihkan. Di titik tersebut, ribuan Aremania yang memadati lokasi sambil membawa berbagai poster tuntutan.
Setelah melakukan aksi disimpang empat Kepanjen, massa kemudian berjalan ke arah barat, yakni ke arah Talangagung. Di titik ini, massa disambut personel kepolisian yang dimpimpin langsung oleh Kapolres Malang AKBP Putu Kholis Aryana.
Hujan deras yang turut tak membuat para Aremania membubarkan diri. Yakni tetap melanjutkan aksi sembari menyanyikan beberapa lagu Arema dan terdengar sayup-sayup meneriakan tuntutan.
Setelah menyampaikan sedikit tuntutannya, ribuan Aremania ini juga melakukan doa bersama di lokasi tersebut. Nampak di lokasi Kapolres Malang AKBP Putu Kholis Aryana juga turut mengikuti jalannya doa bersama.
Koordinator aksi, Teguh Gondrong mengatakan, secara umum melalui aksi tersebut, para Aremania tetap menuntut keadilan. Artinya bahwa proses hukum harus ditegakkan seadil-adilnya. Namun secara khusus, Teguh juga mengatakan bahwa para Aremania Geass Root ini juga mempertanyakan peran Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) dalam pengusutan kasus ini.
“Kalau proses hukum memang saat ini sedang berjalan, begitu dengan proses panjangnya. Namun yang kami pertanyakan juga, kemana PSSI nya selama ini. Arahnya ini seperti apa,” ujar Teguh.
Menurut Teguh, massa yang terlibat dalam aksi tersebut berasal dari Aremania di beberapa wilayah Kabupaten Malang. Seperti Ngebruk, Sumberpucung, Karangkates, Pagak dan beberapa wilayah lain.
“Banyak sih, tidak bisa kita sebutkan satu-satu, pokoknya tergabung di (Aremania) Malang Selatan,” ujar pria yang juga koordinator Aremania Kepanjen ini.
Selain menyampaikan sejumlah tuntutan, dalam aksi tersebut, massa juga menggelar aksi teatrikal. Aksi teatrikal itu memeragakan secara singkat suasana saat insiden terjadi setelah pertandingan Arema FC vs Persebaya usai.
Aksi teatrikal itu diperagakan cukup sama dengan suasana yang terjadi saat insiden. Aremania memperagakan beberapa kejadian. Mulai dari menirukan penembakan gas air mata, proses evakuasi korban dengan menggunakan tandu petugas kesehatan dan ada pula yang menggendong anak kecil.
Sambung Ach Hussairi, SH Sekretaris TATAK “Adanya penetapan 6 tersangka pelaku Tragedi Kanjuruhan dengan tuduhan Pasal 359, 360 KUHP belum cukup karena ada tersangka lain lagi dan penerapan Pasal yang lebih pas bagi tersangka yang aremania tuntut sehingga Usut Tuntas masih digelorakan di Bumi Arema” sebagaimana menurut konferensi pers yg disampaikan Kapolri tanggal 2 Oktober 2022 waktu itu menyebutkan kalau ada 9 orang komandan Brimob yang memerintahkan menembak gas airmata dan 11 anggota eksekutor penembak gas airmata, yang sampai saat ini belum jelas statusnya, diperiksa secara etik atau diperiksa tentang perbuatan pidananya belum jelas dan sampai saat ini kesembilan dan kesebelas anggota brimob tersebut hilang dari pemberitaan publik.
Menanggapi tentang penanganan perkara Tragedi Kanjuruhan ini dari pihak penyidik Kepolisian terlalu lemot dan kurang tanggap untuk menetapkan tersangka baru atau tambahan, walaupun sudah ada temuan oleh TGIPF, Komnas Ham, LPSK dan Tim Hukum Aremania seperti TATAK (Tim Advokasi Tragedi Kanjuruhan) sudah menyajikan penemuan fakta fakta hukum namun pihak Kepolisian terlalu bertele – tele untuk menetapkan tersangka tambahan dan pasal tambahan bagi para Pelaku Pembantaian Tragedi Kanjuruhan 01.10.22. Tegas Ach Hussairi, SH.
Hal hal tersebut yang menyebabkan Aremania dan Aremanita turun kejalan untuk menuntut keadilan, dan hal itu akan terus dilakukan oleh Aremania dan Aremanita dengan massa lebih besar lagi apabila dari pihak penyidik Kepolisian belum menetapkan tersangka tambahan dan pasal pokok 338, 340, 55, 56, 351 KUHP dan UU Perlindungan Anak, para Aremania berdemo dijalanan membuat macet pengguna jalan itu adalah sebuah singgungan terhadap penyidik Kepolisian yang lamban dan terkesan macet menangani pengusutan tragedi Kanjuruhan. Pungkas Ach Hussairi, SH (Sekretaris TATAK).
Sumber Berita : Hussaeri
Pewarta : Ratri