Tuban, Ronggolawe News – Di penghujung Tahun dan Menjelang Tahun Baru, beberapa komuditas pangan di Kabupaten Tuban mulai mengalami kenaikan harga. Beberapa komuditas seperti minyak, cabai rawit, hingga telur naik secara signifikan. Terpantau dari Pasar Kecamatan Senori, Pasar Bangilan, Pasar Baru Tuban dan Pasar Pramuka, dimana Cabai Rawit menyentuh harga 85 hingga 90 ribu rupiah yang biasanya harga standar berkisar antara 29 hingga 31 ribu rupiah, Minyak Goreng kemasan yang naik hingga 40 persen atau naik 10 ribu rupiah, dan telur yang naik menjadi 30 ribu rupiah.
Kepala Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Tuban Agus Wijaya menjelaskan, kenaikan harga terjadi di seluruh wilayah termasuk Kabupaten Tuban. Adapun untuk minyak goreng, kenaikan dipicu oleh kebijakan pemerintah pusat mengenai pelarangan pengedaran minyak curah per 1 Januari 2022 mendatang. Meski larangan tersebut akhirnya dicabut, lantaran kenaikan harga Minyak Sawit Mentah atau crude palm oil/CPO masih terjadi di pasar dunia. Nyatanya, harga minyak dalam negeri masih tinggi. “Ini masih menjadi penyebab utama, meskipun persediaan mencukupi,” tutur Agus.
Untuk komoditi telur, Agus menjelaskan, secara nasional harga pakan mengalami kenaikan, sehingga berpengaruh pada biaya produksi dari para peternak. Selain harga pakan, permintaan pasar yang begitu besar juga turut andil terjadinya kenaikan. Meskipun di Kabupaten Tuban jumlah produksi masih bisa mencukupi kebutuhan, akan tetapi harga secara otomatis mengikuti tren pasar. “Kita sebenarnya masih berkomunikasi dengan para peternak lokal, jika memang stok mencukupi, apakah ini karena harga pakan naik atau gimana,” jawab Agus.
Sedangkan, untuk komoditas cabai rawit yang kini mencapai 90 ribu rupiah perkilo, Agus mengungkapkan jika kenaikan terjadi akibat tidak ada panen dalam dua bulan berturut- turut. Hal ini terjadi karena kondisi cuaca dimana curah hujan cukup tinggi, sehingga membuat petani tidak menanam dalam dua bulan terakhir. Otomatis, hal tersebut berdampak pada stok cabai rawit yang menipis. “Kita cek dilapangan memang tidak ada panen, jadi produsen tidak bisa memenuhi permintaan. Padahal dibulan bulan ini banyak yang mengadakan hajatan,” jelentrehnya.
Adapun untuk menyiasati harga minyak goreng yang masih cukup tinggi. Diskoperindag Provinsi bersama Pemkab akan menggandeng Bulog untuk kembali melakukan operasi pasar Minyak Goreng. Agus mengatakan, setelah kemarin menggandeng PT. Wings untuk melaksanakan Pasar Murah di beberapa pasar di Kota Tuban, Pemkab akan kembali menggelar Pasar Murah Minyak Goreng yang bekerjasama dengan Bulog. Pasar murah ini difokuskan hanya untuk para pedagang atau UMKM yang bergerak dibidang makanan. “Karena kemarin memang cakupannya masih sangat sedikit, sehingga banyak pedagang yang tidak bisa menjangkau pasar murah itu. Jadi, akan kami lakukan kembali,” tuturnya.
Menurutnya, kenaikan harga minyak goreng telah mempengaruhi produksi UMKM lokal khususnya para pengusaha makanan. Untuk itu, agar diharapkan pasar murah dapat menstimulus masyarakat untuk bisa melanjutkan usaha. “Program Pasar Murah Minyak Goreng akan terus dilakukan selama harga minyak masih tinggi,” lanjut Agus. Adapun nantinya, operasi pasar tidak hanya dilakukan untuk komoditi minyak goreng saja, akan tetapi telur, cabai rawit dan lainnya. Ini perlu, sebab dampak naiknya harga bahan makanan termasuk minyak goreng telah menyumbang inflasi dalam daerah sekitar 2 persen. “Inflasi terjadi hingga 2 persen karena dipicu naiknya bahan makanan,” tutup Agus.(red)