Jombang, Ronggolawe News – Muklas (29) warga RT 03 RW 11 Desa Catakgayam Kecamatan Mojowarno Kabupaten Jombang merasa terdholimi.
Pasalnya, dirinya yang saat ini sedang merintis usaha pemotongan bebek yang dikirim ke berbagai wilayah di Mojokerto itu di minta oleh warga untuk tutup atau pindah karena dinilai menimbulkan bau tak sedap dan mencemari lingkungan.
Saat awak media berkunjung ke kediaman Muklas dirinya menceritakan bahwa usahanya itu berawal dari adanya program Presiden Republik Indonesia Joko Widodo tentang UKM dan Ketrampilan.
“Awalnya usaha ini saya kerjakan hanya berdua saja dengan istri saya, ya namanya modal kecil sehari antara 5 hingga 15 ekor,” terang Muklas.Kamis. 16/06/2022.
Tetapi karena niatnya ingin sukses dirinya bersama sang istri tidak pantang menyerah dan giat juga telaten
“Alhamdulilah usaha ini berjalan dengan lancar, hingga sekarang, sehari mampu memotong 50 ekor hingga 400 ekor sesuai permintaan, dan saya merekrut 5 orang warga sekitar untuk membantu, dan akhirnya saya berani untuk mengkredit 1 unit mobil Pickup untuk transportasi,” jelasnya.
Namun peristiwa yang tidak pernah terpikirkan oleh Bapak dua orang anak ini datang, tiba-tiba dirinya diminta untuk menutup Usaha pemotongan bebeknya atau pindah dari desanya tanpa alasan yang dimengerti olehnya.
Dirinya dipanggil oleh pemerintah Desa Catakgayam atas adanya laporan warga.
“Waktu saya datang ke Balai Desa disitu yang datang cuma 6 warga dengan membawa bukti tanda tangan,” terang Muklas.
Ketua RT 03 RW 11 Desa Catakgayam telah mengkordinir warga untuk menandatangani surat pernyataan keberatan dengan adanya usaha pemotongan milik Muklas dengan alasan bau dan mencemari lingkungan.
Menurut keterangan beberapa warga yang ditemui oleh awak media Ronggolawe News mengatakan jika dirinya takut kepada RT, dan ada pemaksaan sehingga membubuhkan tanda tangan.
“Kami sebenarnya sangat senang melihat usaha Muklas berjalan, apalagi juga mempekerjakan warga sekitar dan soal tanda tangan kami terpaksa menandatangani karena takut,” ungkap warga yang mewanti-wanti agar namanya tidak disebut.
“Tidak ada bau dan pencemaran lingkungan, karena Muklas setiap hari membersihkan dan pemotongan itu tiap hari Minggu libur khusus dibuat bersih- bersih, tapi kalau bising suara alat pemotong kayu iya, RT juga dulu punya usaha kayu,” terang warga lainnya.
Hasil mediasi Muklas di beri kesempatan satu bulan untuk tetap usaha di rumahnya sendiri oleh perangkat desa tapi Ketua RT minta tetap di tutup hari itu juga dan desa rencana keesokan harinya akan melihat dan survey tempat pemotongan angsa itu bersih atau kotor.
“Saya tunggu tidak datang, dan yang datang malah Kepala Dusun dengan membawa surat pernyataan yang isinya saya diberikan waktu satu bulan untuk menutup usaha pemotongan, dan saya tetap tidak mau untuk menandatangani,” katanya.
Awak Media Ronggolawe News mendatangi kantor Desa Catakgayam untuk konfirmasi dan ditemui oleh Sekretaris Desa bernama Muin.
” Benar, ada laporan warga terkait adanya usaha pemotongan, dan setelah mediasi kita kasih waktu satu bulan untuk menutup usaha tersebut,” kata Muin.
Usul punya usul, dari cerita warga sekitar ternyata memang ada salah satu warga yang cemburu sosial pemotongan unggas Muklas berkembang. dari pemotongan lima puluh hingga seratus sekarang naik draktis sampe tiga sampai empat ratus ekor perhari kecuali hari mingu libur untuk bersih bersih biarpun tiap hari di bersihkan tempat itu
Anehnya lagi sebelum ada kejadian, tempat pemotongan tersebut sering atapnya dilempari batu, menurut lima karyawan Muklas hal itu sering terjadi tapi oleh mereka dibiarkan saja.
Dari pengamatan awak media dilapangan terlihat, disitu banyak usaha kayu potongan, debu dan bunyi mesin bising dan ada juga ternak ayam di kandang.
Sementara itu di hingga berita ini diturunkan pihak Kepala Desa Catakgayam dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Jombang belum bisa dihubungi.(Gundoel)