Ponorogo, Ronggolawe News – Adanya Kabar miring yang mengiringi pelaksanaan perayaan Grebeg Suro 2024 di Kabupaten Ponorogo.
Ulah nakal oknum pedagang makanan dan minuman di sisi timur Alun-alun Ponorogo sempat viral setelah diunggah di media sosial oleh pengunjung Grebeg Suro dan Festival Reog itu.
Warga Kabupaten Madiun itu merasa menjadi korban getok harga usai membeli tiga bungkus makanan.
Dia harus merogoh kocek Rp 70 ribu untuk makanan yang dibelinya. Harga itu dinilai tak wajar untuk sebungkus nasi pecel dan dua bungkus nasi campur.
Hal itu mengundang perhtian Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko yang mengaku ikut geram dengan ulah tak terpuji oknum pedagang nakal tersebut.
Menurutnya, perbuatan itu turut mencoreng pamor Grebeg Suro dan festival reog yang sudah tiga kali masuk dalam daftar Kharisma Event Nasional (KEN) Kemenparekraf.
Pihak wakil rakyat turun menyorot perhelatan event tahunan di Ponorogo itu. DPRD Ponorogo menilai kualitas perayaan Grebeg Suro 2024 tidak lebih baik dibanding tahun sebelumnya.
Bahkan, mereka menilai jika event sebesar Grebeg Suro itu dinilai stagnan hingga minim persiapan. Padahal, kegiatan itu rutin digelar setiap tahunnya.
Ketua DPRD Ponorogo Sunarto menyodorkan contoh konsep pembukaan Grebeg Suro yang dinilainya monoton.
Menurutnya, tidak spektakuler seperti yang dipromosikan, bahkan prosesnya dipandang minim kajian matang.
Saat gelaran berlangsung, penyelenggara tidak memprediksi potensi hujan, hingga merusak suasana pembukaan Grebeg Suro 2024 beberapa waktu lalu.
“Mestinya harus direncanakan betul, sampai perkiraan cuacanya. Saran dan masukan ini kami sampaikan pada paripurna juga,’’ ujar Sunarto.
Sunarto meminta Grebeg Suro dirancang matang, mengingat Festival Nasional Reog Ponorogo (FNRP) masuk dalam kalender KEN.
Soal minimnya anggaran, menurut Sunarto itu tidak bisa dijadikan salah satu dalih yang mempengaruhi kualitas penyelenggaraan Grebeg Suro.
Pemkab seharusnya bisa memaksimalkan potensi gebyar event tersebut dengan anggaran yang ada.
“Kalau anggarannya minim, kegiatannya tidak semarak tentu percuma,’’ tegasnya.
Tak ingin ketinggalan, pihak DPRD juga ikut menyoroti kejadian getok harga. Kejadian itu membuktikan jika eksekutif kecolongan.
“Pola pikir pedagang menurut kami tidak mau maju. Kalau tahun ke tahun terjadi, berarti pemda tidak memberikan pembekalan dan edukasi yang cukup,’’ tambahnya. @sri