Jakarta, Ronggolawe News — Sinyal awal kegoncangan pasokan dan lonjakan harga pangan nasional mulai muncul seiring bergulirnya Program Makan Bergizi Gratis (MBG). Lonjakan permintaan terhadap komoditas utama seperti telur, ayam ras, buah, dan sayuran kini mengerek tekanan pada rantai pasok, sementara pemerintah pusat dinilai belum menyiapkan mitigasi yang benar-benar matang.
Dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah yang diselenggarakan Kementerian Dalam Negeri, Senin (17/11/2025), Badan Gizi Nasional (BGN) secara tegas memperkirakan bahwa puncak gejolak pangan berpotensi terjadi menjelang Natal-Tahun Baru 2025 serta Ramadhan-Lebaran 2026. Ini dipicu pola konsumsi yang melesat di masyarakat akibat distribusi MBG dalam skala nasional.
Wakil Kepala BGN, Nanik Sudaryati Deyang, menegaskan bahwa konsumsi telur dan daging ayam mengalami peningkatan signifikan sejak kuartal ketiga tahun ini. Tekanan di sisi produksi disebut tidak mampu mengimbangi percepatan permintaan.
“Jika tidak ada diversifikasi menu yang tegas, kita akan menghadapi gelombang inflasi pangan yang sulit dikendalikan,” ujar Nanik dalam forum tersebut.
Sementara itu, Wakil Menteri Dalam Negeri Bima Arya Sugiarto mengingatkan pemerintah daerah agar bergerak cepat dalam stabilisasi harga serta memetakan sektor pangan yang rentan. Dirinya menyinggung perlunya pengawasan lebih kuat terhadap pasokan dari produsen besar hingga distributor yang berpotensi memainkan harga.
Di sisi lain, data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan pergeseran tren konsumsi rumah tangga yang cukup ekstrem pasca peluncuran MBG. Menurut Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti, perubahan pola belanja masyarakat menjadi salah satu faktor pemicu fluktuasi pasokan.
Ronggolawe News Catat: Minimnya Antisipasi di Hulu Jadi Akar Masalah
Analisis internal Ronggolawe News menemukan bahwa persoalan bukan semata meningkatnya permintaan, tetapi tidak sinkronnya data produksi antara pusat dan daerah. Banyak sentra peternakan ayam dan telur mengaku belum mendapatkan informasi jelas mengenai skema penyerapan MBG.
Produsen di beberapa daerah bahkan mulai mengeluhkan lonjakan harga pakan, sementara fasilitas cold storage nasional masih jauh dari ideal
BGN Ajukan Strategi Darurat: Kurangi Ketergantungan Telur & Ayam
Untuk menekan risiko inflasi, BGN menyiapkan opsi diversifikasi bahan pangan pada menu MBG, termasuk:
Penggantian menu telur pada momen-momen tertentu
Pengurangan daging ayam pada hari besar keagamaan
Peningkatan pemanfaatan pangan alternatif lokal seperti ikan, tahu-tempe, dan sayuran produksi desa
Namun, sejumlah pakar menilai langkah tersebut masih bersifat taktis dan belum menyentuh akar persoalan di tingkat produksi serta distribusi nasional.
Penutup
Dengan menguatnya sinyal gejolak pangan nasional, pemerintah pusat maupun daerah dituntut meningkatkan transparansi data, memperkuat koordinasi hulu-hilir, serta memastikan program MBG tidak menjadi pemicu inflasi tahunan.
Ronggolawe News akan terus mengikuti perkembangan isu ini, terutama respons produsen, pedagang, dan masyarakat penerima manfaat di lapangan.
Reportase Media Ronggolawe News
Mengabarkan






























