Solo, Ronggolawe News — Langkah politik dan kebudayaan yang cukup mengejutkan datang dari Keraton Surakarta. Setelah dinobatkan sebagai raja, Paku Buwono (PB) XIV Purbaya bergerak cepat merapikan internal dengan membentuk struktur Bebadan—sebuah formasi yang setara dengan kabinet pemerintahan versi Keraton.
Bagi sebagian kalangan, kebijakan ini bukan sekadar penataan ulang. Ini adalah sinyal kuat bahwa PB XIV Purbaya tengah melakukan konsolidasi kekuasaan untuk mengakhiri dualisme, menata ulang otoritas kebudayaan, sekaligus meneguhkan kembali legitimasi Keraton di mata publik dan para pemangku adat.
“Keraton harus kembali hidup, bukan sekadar simbol”
Dalam keterangan tertulis yang diterima Ronggolawe News, KPA Singonagoro, Juru Bicara PB XIV, menegaskan bahwa struktur Bebadan dirancang bukan asal menunjuk orang dekat, melainkan melibatkan tokoh adat, akademisi, hingga para profesional yang selama ini dianggap paham tentang tata kelola dan dinamika internal Keraton.
“Struktur baru ini disusun secara matang dengan menggabungkan unsur tradisional, akademik, profesional, dan kepakaran lintas disiplin,” ujar Singonagoro.
Ia menambahkan bahwa PB XIV menempatkan para sesepuh Keraton dalam jajaran Paranpara Nata, sebagai bentuk penghormatan dan penegasan bahwa setiap kebijakan Keraton tetap berakar pada kearifan Jawa.
Modernisasi Keraton: Tradisi yang bertemu keilmuan
Yang cukup menarik, PB XIV turut menempatkan staf khusus dari kalangan profesor, pakar, hingga ahli multidisiplin, sebuah pola yang jarang terjadi dalam struktur tradisional Keraton. Langkah ini dibaca sebagai upaya menjadikan Keraton lebih adaptif terhadap era modern, sekaligus membuka ruang yang lebih luas untuk dialog, penelitian, dan pengarusutamaan budaya Jawa.
“Kehadiran para akademisi menandai modernisasi tata kelola Keraton agar lebih responsif terhadap zaman,” jelas Singonagoro.
PB XIV: Merangkul banyak pihak, meminimalkan sekat
Dalam penjelasan lebih jauh, Singonagoro menyampaikan bahwa Sinuwun PB XIV ingin membawa Keraton masuk ke fase baru yang lebih terbuka—tidak hanya kepada sentana dalem (keluarga besar Keraton), tetapi juga kepada tokoh masyarakat, budayawan, komunitas adat, hingga generasi muda.
“Yang dikehendaki adalah harmoni, bukan segregasi. Keraton harus kembali menjadi pusat peradaban Jawa yang hidup, berwibawa, dan berkembang,” tegasnya.
Pernyataan tersebut memperkuat dugaan bahwa PB XIV berupaya menutup ruang konflik internal yang selama ini membayangi Keraton.
Bukti keseriusan: Penataan hukum dan budaya berada di garis depan
Dalam struktur baru, tokoh-tokoh hukum, budaya, dan bangsawan ditempatkan pada posisi strategis. Hal ini menunjukkan bahwa PB XIV memprioritaskan:
- Penegasan legalitas dan tata aturan Keraton
- Penguatan identitas budaya Jawa
- Perbaikan tata kelola internal Keraton yang selama ini dinilai stagnan
“Ini bukti kesungguhan Sinuwun menghadirkan Keraton yang tertata dan profesional tanpa meninggalkan akar tradisi,” pungkas Singonagoro.
STRUKTUR BEBADAN PB XIV PURBAYA (Lengkap)
Pimpinan & Pejabat Kunci
KPAA Sugeng Nugroho Dwijonagoro – Sekretaris Pribadi Raja
KPA Singonagoro – Juru Bicara resmi Sinuwun PB XIV
Bidang Hukum
KP Dr. Teguh Satya Bhakti, SH., MH
KP Dr. (c) Sionit T. Martin Gea, SH., MH
Bidang Kebudayaan & Tata Krama Keraton
GKR Panembahan Timoer Rumbay Kusuma Dewayani – Pangageng Sasanå Wilapa
KGPHAP Dipokusumo – Pangageng Parentah Karaton
GKR Alit – Pangageng Keputren
KGPHAP Benowo – Pangageng Kasentanan
GKR Devi Lelyana Dewi – Pangageng Kebudayaan dan Pariwisata
Bidang Keuangan, Aset, dan Manajemen
KRAy Febri Dipokusumo – Pangageng Kahartaan
Bidang Spiritualitas, Seni, dan Tradisi
KPH Kusumo Hadiwinoto – Pangarsa Yogisworo
GKR Dewi Ratih Widyasari – Pangarsa Pasiten
BRM Yudistira Rachmat Saputra – Pangarsa Mandra Budhaya
Bidang Pemerintahan Keraton
KRA Citro Adiningrat – Memimpin Sasanaprabu, Katipraja, dan Kartipura
Analisis Ronggolawe News: “PB XIV sedang membangun fondasi kekuasaan jangka panjang”
Pembentukan Bebadan ini bukan sekadar penyusunan struktur. Ini merupakan bagian dari strategi besar PB XIV untuk:
menertibkan internal Keraton,
memperkuat legitimasi politik budayanya,
mengakhiri turbulensi kepemimpinan, dan
membawa Keraton Surakarta kembali ke dalam orbit pengaruh budaya Jawa.
Ronggolawe News mencatat bahwa struktur yang lebih profesional, terukur, dan terbuka ini berpotensi menjadi era baru bagi Keraton Solo—selama konsolidasi ini berjalan tanpa resistensi signifikan dari kelompok-kelompok yang sebelumnya memiliki kepentingan.
Reportase Media Ronggolawe News
Mengabarkan






























