Solo, Ronggolawe News — Keraton Kasunanan Surakarta tengah memasuki babak baru yang penuh ketegangan. Dua putra Paku Buwono (PB) XIII, yakni KGPH Purbaya dan KGPH Mangkubumi, kini sama-sama mengklaim takhta sebagai Paku Buwono XIV (PB XIV). Keduanya menempuh jalur berbeda, memperlihatkan pertarungan strategi dan legitimasi di balik dinding keraton yang sarat tradisi.
Purbaya: Bergerak Cepat, Langsung Konsolidasi Kekuasaan
Sesaat sebelum jenazah PB XIII diberangkatkan menuju pemakaman pada Rabu (5/11/2025), KGPH Purbaya mendeklarasikan diri sebagai PB XIV. Tak menunggu waktu panjang, ia kemudian menggelar jumenengan secara tertutup pada Sabtu (15/11/2025) di Ndalem Ageng Keraton Solo.
Langkahnya semakin menegaskan kontrol kekuasaan ketika ia menaikkan gelar sejumlah keluarga inti serta tokoh keraton hanya dua hari setelah jumenengan. Purbaya juga bergerak cepat dengan membentuk struktur bebadan (kabinet kerajaan) baru pada Rabu (19/11/2025).
“Ini merupakan bukti kesungguhan Sang Raja untuk menghadirkan Keraton yang tertata dan adaptif terhadap zaman,” ujar KPA Singonagoro, Juru Bicara Raja.
Lewat struktur baru tersebut, Purbaya menempatkan para sesepuh adat sebagai Paranpara Nata, serta melibatkan akademisi dan profesional sebagai staf khusus, menandai arah kepemimpinan yang bertumpu pada modernisasi.
Purbaya menyatakan bahwa kepemimpinannya berangkat dari niat memperbaiki keraton:
“Setiap generasi punya waktunya. Jika dilakukan dengan niat baik, hasilnya pasti baik,” ucapnya.
Mangkubumi: Mengedepankan Adab, Menunda Arah Politik Keraton
Berbeda dengan Purbaya, KGPH Mangkubumi dinobatkan melalui rapat kerabat yang dipimpin Maha Menteri KGPA Tedjowulan. Dalam forum itu, ia ditetapkan sebagai Putra Mahkota dan langsung dinobatkan sebagai PB XIV.
Legitimasi Mangkubumi dipertegas oleh GRAy Koes Moeng, adik PB XIII:
“Kami berpegang pada hak. Anak laki-laki tertua adalah pewaris takhta jika tidak ada permaisuri.”
Namun, hingga kini Mangkubumi belum menggelar acara jumenengan. Ia menyatakan masih berada dalam masa 40 hari berkabung dan memilih menahan diri dalam mengambil keputusan strategis.
“Ini masih rangkaian ibadah dan mendoakan beliau di Imogiri. Soal langkah berikutnya, belum,” katanya saat ditemui di Masjid Agung Solo (21/11/2025).
Ketika ditanya mengenai langkah Purbaya yang sudah membentuk bebadan, Mangkubumi menolak memberikan komentar:
“Belum ingin berkomentar. Fokus ibadah dulu.”
Pertarungan Gaya, Pertarungan Masa Depan Keraton
Fenomena dua PB XIV ini menciptakan dinamika baru dalam tubuh keraton — Purbaya bergerak cepat membangun legitimasi struktural dan politik, sementara Mangkubumi menegakkan legitimasi genealogis dan etika adat Jawa dengan sikap menahan diri.
Sampai kini, publik budaya, abdi dalem, akademisi Jawa, dan pecinta tradisi masih menantikan siapa yang akan benar-benar menjadi poros utama Keraton Solo, dan bagaimana dualisme kepemimpinan ini akan berujung.
Konflik dua mahkota bukan hanya soal garis darah, tetapi pertarungan visi tentang masa depan peradaban Jawa:
Modernisasi adaptif vs pemurnian tradisi
Kecepatan konsolidasi vs kesabaran adat
Kabinet profesional vs ketenangan spiritual
Keraton Solo kini berada di persimpangan sejarah.
Ronggolawe News akan terus memantau dan menyajikan perkembangan terbaru dari konflik dua tahta ini secara independen dan tajam.
🔺 Media Ronggolawe News — Tajam • Berani • Berimbang





























