Mojokerto, Ronggolawe News – Pada tradisi Jawa, ada macam – macam larangan yang tidak boleh dilakukan pada malam Satu Suro. Hal itu karena bulan Suro di yakini punya makna yang berarti di daerah Trowulan dapat membawa petaka dan musibah. Sehingga, jika ada orang diluar mengaji, ziarah, dan haul akan dianggap sial. Maka diadakan ruwatan atau tradisi malam Satu Suro
Pelaksanaan penyambutan dan perayaan 1 Muharram yang biasa disebut satu Suro dilaksanakan dibeberapa tempat di telatah Bumi Mojopahit Mojokerto, satu diantaranya di Dusun Nglinguk Desa Trowulan Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto tepatnya di Padepokan Sambung Roso Mojopahit Pimpinan Surya Alam.
Perayaan ini sejatinya bertujuan untuk Umbul Dungo Tahun Baru Islam 1445 Hijriyah 1 Suro 1957 Saka.
Dengan tema “Lestari Budaya Nusantara, Rumaket Pasaduluran.” Kamis . 20/07/2023 Malam.
Suryo Alam mengatakan ” Ngungo kawujud harus terwujud, artinya kita berdoa harus terwujud.”
Ditempat yang sama Zainul Anwar Kepala Desa Trowulan dalam kata sambutannya mengatakan “selamat kepada Padepokan Sambung Roso yang keenam(6) tahun dan malam ini melekatkan sakduluran dan kita laksanakan uri-uri budaya dan melekatkan sambung roso yaitu menyambungkan roso sama leluhur.” Ujarnya.
Kades Trowulan Zainul Anwar mewanti-wanti, bahwa
“Tahun depan adalah tahun politik dan jangan sampai Padepokan Sambung Roso ini ikut-ikutan berpolitik, eman-eman sudah berumur enam tahun nanti rusak gara-gara ikut berpolitik tapi kalau peribadi monggo,”pesannya.
Sehari sebelum malam Satu Suro atau Malam 1 Muharram oleh umat Islam di daerah Trowulan itu digunakan untuk berdzikir,wirid, juga membaca doa.diantaranya ada tasbih dilanjutkan membaca doa akhir tahun.
Perayaan Suroan ini. Juga melepas puluhan burung perkutut di Candi Wringin Lawang di Desa Jatipasar Kecamatan Trowulan, tujuan melepas burung-burung ini agar hasrat kita tercapai dan melepas balak musibah. (Heni)