Surakarta, Ronggolawe News – Dinamika suksesi Keraton Solo kembali mencuri perhatian publik. Dua kubu yang sama-sama mengklaim legitimasi sebagai Raja Keraton Surakarta Hadiningrat akhirnya duduk dalam satu forum resmi di Balai Kota Surakarta, Senin (15/12/2025). Meski berlangsung tertutup, pertemuan ini menandai babak baru komunikasi di tengah dualisme kepemimpinan keraton yang belum menemukan titik temu.
Dalam pertemuan tersebut, Paku Buwono XIV Mangkubumi hadir secara langsung. Sementara kubu Paku Buwono XIV Purbaya diwakili oleh dua figur keluarga keraton, yakni GKR Panembahan Timoer Rumbay dan GK Devi Lelyana Dewi. Keduanya tampak duduk saling berhadapan di ruang rapat Natapraja, seolah mencerminkan posisi yang selama ini berseberangan dalam klaim takhta.
Pemerintah Kota Surakarta memilih mengambil peran administratif tanpa tampil dominan. Wali Kota Solo tidak tampak dalam forum tersebut, namun kehadiran Sekretaris Daerah Kota Solo Budi Murtono serta Kapolresta Solo Kombes Pol Catur Cahyo Wibowo mengindikasikan pengawalan negara agar pertemuan berjalan kondusif dan terukur.
Usai pertemuan, GKR Rumbay menyampaikan bahwa agenda pembahasan difokuskan pada koordinasi teknis peresmian Panggung Songgobuwono dan tahap awal Museum Keraton Solo. Ia menegaskan pertemuan tersebut tidak masuk pada wilayah pembahasan legitimasi takhta, melainkan sebatas persiapan acara budaya yang akan digelar Selasa (16/12/2025).
“Ini murni koordinasi peresmian. Rencananya akan diresmikan oleh Menteri Kebudayaan, Bapak Fadli Zon,” ujar GKR Rumbay kepada awak media.
Hal senada disampaikan PB XIV Mangkubumi. Ia menuturkan bahwa penataan Panggung Songgobuwono telah memasuki tahap akhir dan akan dilanjutkan dengan penataan ruang-ruang museum lainnya. Menurutnya, kesinambungan penataan menjadi penting agar wajah museum tidak timpang antara bagian lama dan baru.
“Ini masih tahap awal. Kalau tidak dilanjutkan, nanti kesannya tidak utuh,” ungkap Mangkubumi.
Meski berlangsung dalam suasana relatif tenang, pertemuan ini tetap tak bisa dilepaskan dari konteks konflik suksesi yang membelit Keraton Solo. Dua putra PB XIII, yakni KGPH Purbaya dan KGPH Mangkubumi, sama-sama telah mendeklarasikan diri sebagai PB XIV dalam waktu yang berdekatan usai wafatnya PB XIII pada November lalu. Situasi tersebut memunculkan dualisme kepemimpinan yang hingga kini belum terselesaikan secara adat maupun kelembagaan.
Pertemuan di Balai Kota Surakarta ini setidaknya membuka ruang komunikasi di tengah ketegangan simbolik yang ada. Meski belum menyentuh substansi konflik, publik menilai dialog semacam ini penting sebagai langkah awal meredam polarisasi, sekaligus menjaga marwah Keraton Solo sebagai pusat budaya Jawa yang sarat nilai sejarah dan kearifan.
Apakah dialog ini akan berlanjut pada pembahasan rekonsiliasi takhta, atau hanya berhenti pada kepentingan seremoni budaya, waktu yang akan menjawab. Namun satu hal pasti, perhatian publik terhadap masa depan Keraton Solo kini kian menguat.

Isyarat Rekonsiliasi Keraton Solo: Dua Kubu PB XIV Akhiri Pertemuan dengan Jabat Tangan
Pertemuan dua kubu yang sama-sama mengklaim takhta Keraton Kasunanan Surakarta di Balai Kota Solo, Senin (15/12/2025), berakhir dengan sebuah gestur simbolik yang menyita perhatian publik: jabat tangan erat antara Paku Buwono XIV Mangkubumi dan perwakilan kubu Paku Buwono XIV Purbaya, GKR Panembahan Timoer Rumbay Kusuma Dewayani.
Momen itu terjadi seusai rapat koordinasi terkait peresmian Panggung Songgobuwono dan Museum Keraton Solo yang digelar di ruang Natapraja. Rapat berakhir sekitar pukul 11.39 WIB. Saat hendak meninggalkan ruangan, Rumbay tampak menghampiri PB XIV Mangkubumi, menggenggam tangannya dengan erat, bahkan sempat merangkul punggung sang adik. Adegan penuh keakraban tersebut disaksikan langsung oleh Sekretaris Daerah Kota Solo Budi Murtono dan Kapolresta Solo Kombes Pol Catur Cahyo Wibowo.
“Ini juga adik saya, gelem tak cekeli ngene alhamdulillah,” ujar Rumbay sembari tersenyum, menegaskan hubungan darah yang tetap terjalin di tengah dinamika konflik suksesi.
Usai pertemuan, GKR Panembahan Timoer Rumbay menegaskan bahwa perbedaan sikap dan pandangan tidak menghapus ikatan persaudaraan. Ia menyatakan pihaknya selalu membuka ruang dialog apabila PB XIV Mangkubumi ingin berbicara lebih lanjut.
“Kita tetap saudara. Itu tetap adik saya. Kalau beliau ingin berbicara dengan kami, kami selalu terbuka,” kata Rumbay kepada awak media.
Rumbay juga mengungkapkan bahwa pertemuan tersebut bukan yang pertama kali sejak wafatnya PB XIII. Menurutnya, komunikasi sempat terjalin saat acara tujuh hari wafatnya sang raja.
Di sisi lain, PB XIV Mangkubumi menilai momen jabat tangan itu berlangsung secara alami, tanpa ada pihak yang merasa lebih dahulu mendekat.
“Kita sama-sama bertatap muka saja,” ucapnya singkat.
Saat ditanya isi percakapan yang terjadi di antara mereka, Mangkubumi memilih tidak merinci. Ia menyebut perbincangan berlangsung ringan layaknya obrolan kakak dan adik.
“Biasa saja, mbak yu dan adik,” tuturnya.
Terkait kemungkinan pertemuan lanjutan, PB XIV Mangkubumi menyambut dengan harapan positif. Ia menilai silaturahmi menjadi kunci untuk menemukan titik temu ke depan.
“Nanti silaturahmi itu penting. Kita serahkan saja untuk ada titik temu yang lainnya,” katanya.
Seperti diketahui, pertemuan di Balai Kota Solo tersebut mempertemukan langsung PB XIV Mangkubumi dengan perwakilan kubu PB XIV Purbaya, yakni GKR Panembahan Timoer Rumbay dan GKR Devi Lelyana Dewi. Agenda utama rapat membahas persiapan peresmian Panggung Songgobuwono dan Museum Keraton Solo.
Meski belum menyentuh substansi konflik suksesi, jabat tangan di akhir pertemuan ini dinilai banyak pihak sebagai sinyal awal meredanya ketegangan internal Keraton Solo. Setidaknya, di hadapan publik dan pemerintah, kedua kubu menunjukkan bahwa ruang dialog dan rekonsiliasi masih terbuka.
Media Ronggolawe News
🖤 Mengabarkan dari hati,
✍️ Menulis dengan nurani,
🔥 Berdiri untuk publik.






























