Jakarta, Ronggolawe News — Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, meluncurkan tiga jurus baru untuk mengejar target ambisius: nol kasus keracunan dalam pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG). Target ini bukan sekadar harapan, melainkan komitmen lembaga yang kini menjadi tulang punggung pemenuhan gizi nasional menuju Indonesia Emas 2045.
“Targetnya Nol Kejadian”
Dalam forum Indonesia Connect Outlook 2026 di Senayan City, Dadan secara terbuka mengakui masih adanya kasus keracunan yang terjadi dalam program MBG. Namun ia memastikan, langkah evaluasi besar-besaran tengah dilakukan.
“Jumlah kejadian harus ditekan terus-menerus, dan target kita—nol kejadian,” tegasnya.
Tiga Jurus BGN Mengunci Higienitas MBG
- Pembatasan Jumlah Penerima Per Dapur
Salah satu persoalan laten MBG adalah beban produksi yang terlalu besar di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). Dadan kini menetapkan standar baru:
Maksimal 3.000 penerima per dapur jika tersedia juru masak profesional.
Maksimal 2.500 penerima jika tidak ada tenaga profesional.
Langkah ini diharapkan menjaga kualitas masakan agar tetap layak konsumsi.
- Rapid Test Bahan Baku dan Masakan Jadi
Semua bahan baku MBG kini wajib melalui rapid test—baik sebelum maupun sesudah diolah.
“Dengan rapid test, kita bisa memastikan bahan dan hasil masakan aman dikonsumsi,” jelas Dadan.
Ini merupakan mekanisme baru yang belum pernah diberlakukan sebelumnya, menandai pergeseran standar pengawasan pangan MBG dari sekadar administratif menjadi lebih ilmiah.
- Wajib Sterilisasi Food Tray
Dengan jutaan paket makanan dibagikan setiap hari, ulang-pakai food tray menjadi salah satu titik risiko terbesar MBG.
BGN kini mewajibkan:
Sterilisasi dengan penguapan udara panas 120°C selama 3 menit
Setelah proses pencucian biasa selesai
“Food tray harus kembali steril, bahkan setelah dicuci,” ujar Dadan.
Langkah ini menutup kemungkinan transmisi bakteri dari alat makan yang dipakai massal.
BGN Ingatkan: Pengurangan Penerima Bukan Alasan PHK Relawan
Dalam momentum yang sama, Wakil Kepala BGN Nanik Sudaryati Deyang menegaskan bahwa pengurangan jumlah penerima MBG tidak boleh menjadi alasan SPPG untuk memecat relawan dapur.
Ronggolawe News mencatat bahwa relawan merupakan tenaga inti yang selama ini menopang operasional MBG di berbagai daerah, terutama wilayah terpencil. Pengurangan beban dapur justru diharapkan meningkatkan kualitas kerja relawan, bukan memotong jumlah mereka.
Air Bersih: Senyap tapi Krusial
Kualitas air juga menjadi sorotan. BGN kini mewajibkan:
Air matang
Air siap minum tersertifikasi
Atau air isi ulang yang lulus standar kesehatan
Ini penting mengingat kualitas air antar wilayah Indonesia sangat bervariasi.
MBG: Program Raksasa dengan Tantangan Raksasa
Program MBG menargetkan siswa PAUD hingga SMA/SMK, serta ibu hamil dan menyusui. Dengan cakupan puluhan juta penerima dan anggaran yang masif, MBG menjadi salah satu proyek sosial terbesar dalam sejarah Indonesia modern.
Evaluasi ketat BGN menjadi penentu apakah program ini akan terus dipercaya publik, atau justru menjadi beban besar akibat lemahnya kontrol di lapangan.
Dan kini, lewat tiga jurus Dadan Hindayana, pemerintah mencoba membuktikan bahwa standar higienitas MBG tidak boleh hanya besar di atas kertas—melainkan harus kokoh di dapur, di tray, dan di setiap suapan masyarakat penerima manfaat.





























