Tuban, Ronggolawe News — Polemik dugaan intervensi dan tekanan Ketua PKDI Tuban, Suhadi, terhadap Kades Sidorejo Parwandi semakin menguat. Setelah isu intimidasi mencuat dalam kasus salah tangkap dan penganiayaan oleh oknum Jatanras Polres Tuban, kini Parwandi angkat bicara secara terbuka.
Saat dikonfirmasi langsung oleh Ronggolawe News, Kades Parwandi membenarkan bahwa ia memang merasa ditekan oleh Suhadi.
“Sebagai kepala desa, Suhadi itu sama posisinya dengan kita. Hanya kebetulan dia jadi ketua organisasi PKDI. Tapi tidak seharusnya dia berlaku demikian, seolah-olah kita ini anak buahnya yang harus patuh perintahnya dia,” tegas Parwandi. Kamis.04/12/2025.
Pernyataan blak-blakan ini memperkuat dugaan bahwa Ketua PKDI Tuban tidak hanya ikut memediasi, tetapi juga diduga mencoba mengarahkan agar laporan orang tua korban, Muhari, dicabut.
Sebelumnya, Suhadi diketahui melakukan pertemuan dengan Kanit Jatanras Polres Tuban di sebuah rumah makan di Jatirogo. Pertemuan itu diduga membahas upaya “penyelesaian damai” dan meminta agar Kades Parwandi membantu membujuk Muhari agar mencabut laporannya. Tidak hanya itu, muncul isu bahwa jika Parwandi tidak mengikuti arahan tersebut, maka keanggotaannya di PKDI terancam dicabut.
Situasi semakin panas ketika pada tanggal 1 Desember 2025, Suhadi bahkan sempat berteriak di hadapan beberapa petinggi Polres:
“Kades Parwandi saya suruh ketemu polisi dulu tapi kok tidak mau, malah pergi dengan LSM dan media. Lihat saja nanti akan saya pulosoro sampai susah.”
Ungkapan bernada ancaman tersebut membuat hubungan internal antar kepala desa memanas, sekaligus memunculkan pertanyaan besar soal integritas seorang ketua organisasi kepala desa yang semestinya menjadi tameng bagi anggotanya.
Sementara itu, Parwandi menegaskan bahwa dirinya hanya menjalankan tugas moral untuk membela warganya yang menjadi korban salah tangkap dan penganiayaan.
“Kita ini dipilih rakyat, bukan dipilih PKDI. Tugas saya membela masyarakat saya yang didzolimi. Bukan tunduk pada tekanan siapa pun,” pungkasnya.
Kasus ini kini menjadi perhatian luas. Aktivis, lembaga desa, serta berbagai komunitas di Tuban menilai bahwa tindakan dugaan intimidasi ini bukan hanya mencederai martabat kepala desa, tetapi juga menghambat upaya mencari keadilan bagi korban salah tangkap.
Ronggolawe News akan terus mengawal perkembangan kasus ini secara ketat.





























