Solo, Ronggolawe News – Paska Jumenengan Sabtu (15/11/2025), atmosfer Keraton Kasunanan Surakarta kembali menghangat. Sri Susuhunan PB XIV Purbaya mengambil langkah simbolik namun sangat politis: menaikkan gelar lima orang pendukung terdekatnya menjadi Panembahan melalui Sabda Raja yang dibacakan di Siti Hinggil.
Tiga kakak perempuan PB XIV Purbaya—
• GKR Rumbay Kusuma Dewayani,
• GRAy Devi Lelyana Dewi, dan
• GRAy Dewi Ratih Widyasari,
—dinaikkan gelarnya. Dua paman PB XIV, yakni KGPH Benowo dan KGPH Adipati Dipokusumo, juga memperoleh kenaikan gelar menjadi KGPA Panembahan.
Menurut GKR Panembahan Timoer Rumbay, kenaikan gelar tersebut bukan jabatan struktural, tetapi murni Sabda Raja.
“Kami disepuhkan lagi, bukan mendapat jabatan baru. Ini Sabda Raja, bentuk penghormatan dari Sinuhun karena perjuangan kami mendudukkan beliau sebagai raja,” ujarnya, Senin (17/11/2025).
Rumbay juga menegaskan bahwa langkah ini merupakan penempatan posisi kehormatan bagi kerabat dekat yang selama ini mendukung Purbaya.
Dimensi Politik: Penguatan Legitimasi di Tengah Dualisme Raja
Ronggolawe News mencatat bahwa kenaikan gelar ini terjadi di tengah konflik tajam suksesi Keraton Solo. Sengketa bermula ketika SISKS PB XIII wafat, dan dua putra beliau sama-sama mengklaim tahta:
KGPH Purbaya yang lebih dulu mendeklarasikan diri sebagai PB XIV,
KGPH Mangkubumi yang kemudian mengukuhkan diri sebagai PB XIV versi keluarga lainnya.
Kedua kubu sama-sama mengklaim legitimasi, menciptakan dualisme kepemimpinan di Keraton Solo.
Dalam konteks konflik tersebut, Sabda Raja dan kenaikan gelar ini dipandang sebagai sinyal kuat konsolidasi kekuasaan PB XIV Purbaya.
Prosesi Jumenengan: Simbol Kekuatan Tradisi Mataram Islam
Jumenengan PB XIV pada Sabtu (15/11/2025) berlangsung khidmat. Prosesi dimulai dari kori Kamandungan menuju Siti Hinggil, diiringi prajurit Keraton serta abdi dalem pembawa udik-udik dan pusaka.
PB XIV mengenakan beskap raja warna ungu, warna yang secara tradisi melambangkan kewibawaan dan legitimasi.
Puncak prosesi terjadi ketika PB XIV membacakan Sabda Dalem di atas Watu Gilang, batu sakral yang menjadi simbol sahnya penetapan raja.
“Ingsun hanetepake nggenteni kalenggahane Kanjeng Rama Sinuhun Pakoe Boewono XIII minangka Sri Susuhunan ing Karaton Surakarta Hadiningrat,” ucap PB XIV.
Seluruh kakak perempuan dan paman PB XIV yang naik gelar hadir dalam upacara tersebut.
Makna di Balik Sabda Raja: Konsolidasi, Loyalitas, dan Rekonsiliasi Terbatas
Rumbay menyebut langkah PB XIV Purbaya ini sebagai penghargaan atas loyalitas keluarga inti yang ikut memperjuangkan legitimasinya.
Namun, ia mengakui masih ada beberapa kerabat yang belum mau dirangkul.
“Ada yang belum bisa kami rangkul. Tapi Sinuhun tahu bagaimana perjuangan kami,” ungkapnya.
Langkah menaikkan gelar ini juga dibaca oleh pengamat budaya sebagai strategi mempertegas lingkar inti kekuasaan di tengah dualisme yang belum berakhir.
Kesimpulan
Kenaikan gelar lima kerabat PB XIV Purbaya bukan sekadar seremoni. Itu adalah manuver politik, budaya, dan simbolik untuk memperkuat posisi PB XIV dalam pusaran perebutan tahta Keraton Solo yang masih berlangsung.
Ronggolawe News akan terus memantau dinamika suksesi Keraton Solo, termasuk potensi rekonsiliasi maupun eskalasi konflik antarkerabat.





























