Jakarta, Ronggolawe News — Negara akhirnya memberi penanda resmi bagi ingatan bangsa. Kementerian Kebudayaan menetapkan 14 Desember sebagai Hari Sejarah, sebuah keputusan yang bukan sekadar simbolik, melainkan penegasan bahwa sejarah adalah fondasi identitas nasional yang selama ini kerap terpinggirkan oleh hiruk-pikuk politik dan pembangunan.
Penetapan tersebut disampaikan langsung oleh Menteri Kebudayaan Fadli Zon di Jakarta, Minggu (14/12/2025). Menurutnya, sejarah tidak boleh diperlakukan sebagai arsip mati, melainkan sebagai memori hidup yang membentuk watak bangsa Indonesia.
“Hari Sejarah ini menjadi pengingat bahwa sejarah itu penting, bukan hanya untuk dikenang, tetapi untuk memperkuat identitas kita sebagai bangsa,” ujar Fadli.
Sejarah yang Lama Tak Diperbarui
Dalam penjelasannya, Fadli mengakui adanya kesenjangan serius dalam pembaruan penulisan sejarah nasional. Indonesia, kata dia, terlalu lama berhenti menulis ulang sejarahnya secara menyeluruh, sementara zaman terus bergerak dan peristiwa penting terus bertambah.
Ia menyebutkan bahwa karya besar sejarah nasional terakhir yang komprehensif tercatat pada:
Sejarah Nasional Indonesia (1975–1984)
Indonesia dalam Arus Sejarah (2012)
Sejak itu, banyak dinamika penting—terutama di era Reformasi—yang belum sepenuhnya terdokumentasikan secara utuh dan objektif.
“Sudah lama kita tidak meng-update sejarah kita. Padahal banyak peristiwa penting dan temuan baru yang seharusnya masuk dalam narasi besar bangsa,” ungkapnya.
Sejarah Bukan Kitab Suci
Menariknya, Fadli Zon juga secara terbuka mengakui bahwa buku-buku sejarah Indonesia yang ada tidak sempurna. Ia menegaskan, sejarah harus terus dikaji ulang seiring berkembangnya riset, metodologi, dan temuan baru, termasuk dari bidang arkeologi dan ilmu sosial lainnya.
Pendekatan ini menandai pergeseran penting: sejarah tidak lagi diposisikan sebagai dogma tunggal, melainkan sebagai ruang dialog ilmiah yang terbuka.
“Penulisan sejarah harus terus diperbarui sesuai penelitian terbaru dari para sejarawan dan ahli,” tegasnya.
Menjaga Ingatan Bangsa
Lebih jauh, Fadli menekankan bahwa sejarah memiliki fungsi strategis sebagai penjaga memori kolektif bangsa. Tanpa sejarah, sebuah bangsa rentan kehilangan arah dan mudah terjebak dalam pengulangan kesalahan masa lalu.
Penetapan Hari Sejarah, menurutnya, adalah langkah awal untuk menemukan kembali identitas Indonesia—bukan identitas semu yang dibangun oleh narasi sesaat, tetapi identitas yang berakar pada perjalanan panjang bangsa.
“Ini bagian dari upaya menemukan kembali identitas nasional kita,” katanya.
Catatan Ronggolawe News
Bagi Media Ronggolawe News, penetapan Hari Sejarah seharusnya tidak berhenti pada seremoni tahunan. Ia mesti menjadi momentum untuk:
membuka arsip yang selama ini tertutup,
memberi ruang bagi narasi lokal dan sejarah daerah,
serta memastikan sejarah ditulis dengan kejujuran, bukan kepentingan.
Sebab bangsa yang besar bukan hanya bangsa yang membangun gedung tinggi, tetapi bangsa yang berani menatap masa lalunya dengan jujur.
Dan 14 Desember kini menjadi pengingat resmi:
bahwa Indonesia tidak boleh lupa siapa dirinya, dari mana ia berasal, dan ke mana ia hendak melangkah.






























