Tuban, Ronggolawe News – Jalanan Kabupaten Tuban mendadak gaduh pada Minggu sore (21/09/2025). Puluhan pemuda beratribut perguruan silat melakukan konvoi massal yang meresahkan masyarakat. Tak butuh waktu lama, jajaran Satreskrim Polres Tuban langsung bergerak cepat dan mengamankan 39 orang pelaku konvoi tersebut.

Kapolres Tuban AKBP William Cornelis Tanasale, S.I.K., melalui Kasat Reskrim AKP Dimas Robin Alexander menyampaikan bahwa dari total 39 orang yang diamankan, 26 di antaranya masih di bawah umur. Polisi juga menyita 18 unit sepeda motor dan 38 unit handphone sebagai barang bukti.
“Dari hasil pemeriksaan, mereka mengaku berasal dari perguruan silat Pagar Nusa, yang datang dari Rembang, Bojonegoro, Nganjuk, dan Lamongan. Tujuan mereka konvoi ke Tuban untuk melakukan pertemuan di Pantai Cemara, Kecamatan Jenu,” jelas AKP Dimas.
Masyarakat sekitar melaporkan aksi konvoi tersebut ke call center 110 karena dianggap mengganggu ketertiban di jalan raya. Beruntung, tidak ditemukan senjata tajam maupun barang terlarang saat polisi melakukan pemeriksaan.
Atribut Disita, Rawat Potensi Gesekan
Polisi menegaskan bahwa meski tidak ada tindak pidana yang ditemukan, konvoi beratribut silat tetap dianggap rawan menimbulkan gesekan, baik antarperguruan maupun dengan warga sekitar. Oleh karena itu, sejumlah atribut yang digunakan diamankan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.

“Karena konvoi menggunakan atribut, mereka tidak hanya bisa jadi pelaku, tetapi juga berpotensi menjadi korban kejahatan. Untuk mencegah gesekan, semua kami amankan,” tegas Dimas.
Pembinaan dan Tilang
Seluruh pemuda yang diamankan didata dan akan dilakukan pembinaan sebelum dikembalikan kepada orang tua masing-masing. Sementara itu, kendaraan bermotor yang disita akan dikenakan tilang. Pemilik wajib menunjukkan surat-surat kendaraan jika ingin mengambil kembali motornya.
Kasat Reskrim juga menekankan bahwa Polres Tuban akan terus meningkatkan patroli skala besar guna menjaga kondusifitas wilayah.
“Banyak tindak pidana maupun gesekan terjadi akibat ketersinggungan antar komunitas perguruan silat. Kami imbau agar seluruh anggota perguruan menghindari kegiatan konvoi beratribut yang justru memicu konflik,” pungkas Dimas.
Catatan Redaksi
Kasus ini kembali membuka mata publik bahwa euforia identitas kelompok di jalan raya seringkali menjadi bom waktu bagi keamanan dan ketertiban masyarakat. Aparat diharapkan tidak hanya melakukan penindakan sesaat, tetapi juga membangun pola pembinaan yang lebih efektif agar generasi muda tidak mudah terjebak dalam romantisme massa yang rawan menjerumuskan.