Solo, Ronggolawe News —
Aroma duka menyelimuti Keraton Surakarta Hadiningrat. Di balik kain putih berkibar di Kori Kamandungan, tersisa percakapan halus namun sarat makna: tentang tahta, adat, dan kelangsungan warisan ratusan tahun Mataram.
Sri Susuhunan Pakubuwono XIII Hangabehi telah mangkat, meninggalkan warisan besar — bukan hanya istana dan simbol, tetapi juga amanah tentang siapa yang akan meneruskan garis darah dan budaya Jawa di Surakarta.

Putri Raja Tegaskan Amanah Sang Ayah
Putri sulung almarhum, GKR Timoer Rumbai Kusuma Dewayani, menegaskan bahwa KGPAA Hamangkunegoro Sudibyo Rajaputra Narendra ing Mataram telah sah ditetapkan sebagai Putra Mahkota oleh mendiang ayahnya sejak 2022.
“Saya harus pertegas, Sinuhun (Pakubuwono XIII) sudah menunjuk dan melantik putra mahkota,” tegas GKR Timoer usai mendampingi Sri Sultan Hamengkubuwono X melayat di Keraton Surakarta, Selasa (4/11/2025).
Ia menambahkan, seluruh keluarga inti raja telah sepakat menjaga amanah tersebut.
“Kami, putra-putrinya, wajib menjalankan pesan beliau. Penetapan KGPAA Hamangkunegoro adalah keputusan adat yang tidak bisa diganggu gugat,” ucapnya.
Menurut GKR Timoer, pihak di luar keluarga inti tidak memiliki hak menentukan arah suksesi.
“Selain keluarga inti, itu bukan ranahnya. Menolak keputusan ini sama saja melanggar adat,” tandasnya.
Sultan Hamengkubuwono X Melayat: Tanda Rekat Dua Tahta Jawa
Kedatangan Sri Sultan Hamengkubuwono X, Raja Keraton Yogyakarta sekaligus Gubernur DIY, menjadi momen langka yang sarat makna.
Ia tiba di Keraton Surakarta sekitar pukul 11.50 WIB, disambut KGPAA Dipokusumo, KGPAA Paku Alam X, dan Wali Kota Solo Respati Ardi.
“Saya menyampaikan duka cita yang mendalam. Semoga semua berjalan lancar tanpa halangan,” tutur Sultan HB X usai mendoakan almarhum.

Pertemuan dua simbol besar Mataram ini menjadi pemandangan bersejarah — pasalnya, Sultan Yogyakarta terakhir kali berkunjung ke Keraton Surakarta pada tahun 2004.
“Hubungan kami tetap baik, hanya soal waktu dan momentum saja yang sulit disatukan,” ujarnya dengan senyum tenang.
Putra Mahkota Muda, Harapan Baru Keraton Surakarta
KGPAA Hamangkunegoro — sebelumnya bergelar KGPH Purbaya — merupakan putra dari Pakubuwono XIII dan GKR Pradapaningsih, permaisuri raja.
Ia diangkat sebagai Putra Mahkota dalam upacara Tingalan Dalem Jumenengan ke-18 Pakubuwono XIII pada 27 Februari 2022. Saat itu, usianya baru 21 tahun.
Dengan nama lahir Gusti Raden Mas Suryo Aryo Mustiko, ia kini dipanggil dengan gelar lengkap:
Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Hamangkunegoro Sudibyo Rajaputra Narendro Mataram.
Sosok muda ini digadang-gadang akan membawa semangat baru di tengah tantangan internal dan modernisasi adat keraton.
Bagi sebagian kalangan, penobatan ini adalah simbol keberlanjutan tradisi — generasi muda yang memegang bara warisan Mataram di tengah arus zaman.
Keraton Surakarta: Cermin Panjang Sejarah Jawa
Didirikan tahun 1745 oleh Pakubuwono II, Keraton Surakarta Hadiningrat adalah penerus langsung Kerajaan Mataram Islam setelah Perjanjian Giyanti (1755) memisahkan kekuasaan menjadi dua: Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta.

Sejak itu, Surakarta menjadi pusat seni, sastra, dan spiritualitas Jawa. Dari Pakubuwono II hingga Pakubuwono XIII, setiap raja meninggalkan jejak dalam perjalanan bangsa — dari peperangan kolonial hingga perjuangan budaya di era republik.
Pakubuwono X dikenal mendukung pergerakan nasional, Pakubuwono XII meneguhkan sikap pro-kemerdekaan, dan Pakubuwono XIII menutup sejarah panjang abad ke-20 dengan menjaga keluhuran adat di tengah tantangan modernitas.
Catatan Redaksi Ronggolawe News
> Dalam setiap pergantian tahta, Jawa tidak hanya bicara tentang darah biru — tetapi juga kesinambungan nilai.
Surakarta kini menatap babak baru: antara kesetiaan pada adat dan keharusan menghadapi zaman digital.
Dan di tengah pusara raja yang baru berpulang, suara lembut GKR Timoer bergema: “Kami hanya menjalankan amanah.”
Amanah itulah yang menjaga agar sejarah tidak sekadar dihafalkan — tetapi terus hidup di hati orang Jawa.
Kronologi Wafatnya Raja Keraton Solo Pakubuwono XIII, Prosesi Pemakaman hingga Kabar Penggantinya
Berita duka datang dari Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Raja Keraton Surakarta Sri Susuhunan Pakubuwono XIII (PB XIII) telah berpulang pada Minggu (2/11/2025), sekitar pukul 07.29 WIB di Rumah Sakit Indriati Solo Baru, Sukoharjo. Beliau wafat pada usia 77 tahun setelah menjalani perawatan intensif akibat komplikasi penyakit, termasuk darah tinggi dan gula.
PB XIII dikenal sebagai pemimpin yang rendah hati, dan juga tega menjaga adat istana. Selama lebih dari dua dekade kepemimpinannya, beliau melestarikan tradisi dengan berbagai penyelenggaraan upacara adat, pembinaan abdi dalem, dan pelestarian kesenian klasik seperti gamelan dan juga tari Bedhaya untuk generasi mendatang.
Prosesi Pemakaman Raja Solo PB XIII
Prosesi Pemakaman Raja Solo PB XIII. Pemakaman dilaksanakan dengan profesi adat yang ketat/Foto: instagram.com/kraton_solo
Prosesi pemakaman Raja Solo PB XIII dilaksanakan hari ini, Rabu (5/11/2025) di kompleks Makam Raja-Raja Mataram, Astana Pajimatan Imogiri, Bantul, DI Yogyakarta. Proses pemakaman diadakan dengan adat dan tradisi Jawa Kuno, sebagai penghormatan tertinggi bagi seorang raja.
Berikut rangkaian lengkap prosesi pemakaman PB XIII:
1. Prosesi Adat di Internal Keraton
Setibanya mobil jenazah yang diberangkatkan dari rumah sakit pada Minggu (2/11), rangkaian doa dan ritual dijalankan di dalam kompleks keraton yang dijaga ketat sesuai tradisi turun-temurun.

2. Kirab Jenazah (Brobosan)
Pemberangkatan: Pemakaman yang berlangsung sejak pagi tadi pukul 08.30 WIB dengan melakukan tradisi “brobosan” oleh pihak keluarga, sebelum jenazah dipindah ke kereta jenazah. Setelah itu, Jenazah diberangkatkan dari pintu Magangan Keraton Surakarta dipindah ke kereta jenazah yang akan ditarik oleh delapan kuda. Terdapat dua kereta yang lainnya termasuk prajurit, senopati lampah, dan kelengkapan upacara yang ditarik oleh dua kuda.

Iring-Iring Kereta Jenazah: iring-iring kereta jenazah menuju Imogiri diikuti oleh keluarga yang menggunakan kendaraan, prajurit, dan lainnya. Iring-iringan kirab dikawal ketat oleh ratusan personel keamanan dan barisan panjang prajurit, serta abdi dalem yang mengenakan pakaian adat.
Penyebaran Udik-Udik: Penyebaran udik-udik (uang koin dan beras) disebar sepanjang jalan hingga Loji Gandrung dengan menggunakan kereta udik-udik. Prosesi ini melambangkan sebagai sedekah terakhir almarhum kepada rakyat.
3. Prosesi Pemakaman di Imogiri
Sampai di Lodji Gandrung, jenazah akan dipindahkan ke ambulans dan dibawa ke Makam Raja Imogiri, DIY. Setelah itu, pemakaman memakai adat naik tangga, lalu disemayamkan di masjid Imogiri, lalu prosesi liang lahat. Prosesi dilakukan hanya brobosan di depan Maliki.
Prosesi pemakaman ini disaksikan ribuan pelayat, baik dari kerabat keraton, abdi dalem, maupun masyarakat umum yang ingin memberikan penghormatan terakhir.
Sosok Penerus Tahta Keraton Surakarta
KGPAA Hamangkunagoro Sudibyo Rajaputra Narendra Mataram mewarisi tahta sang ayah. Ia tengah menempuh pendidikan magister saat ini

Pada Selasa (4/11/2025), putri sulung Raja PB XIII, GKR Timoer Rumbai Kusuma Dewayani, angkat bicara mengenai suksesi Keraton Surakarta.
“Saya harus pertegas, Sinuhun (Pakubuwono XIII) sudah menunjuk dan melantik putra mahkota,“ kata Timoer.
Keluarga inti raja sudah sepakat untuk melantik KGPAA Hamangkunegoro menjadi Raja Keraton Surakarta sesuai dengan amanah Raja PB XIII. Menurutnya keputusan keluarga inti tidak bisa diganggu gugat. Ia juga menegaskan bahwa jika ada pihak luar keluarga inti yang menolak, berarti ia telah melanggar adat.
Usai membacakan pidato pelepasan jenazah sang ayah pada Rabu (5/11/2025), Putra Mahkota Keraton Surakarta, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom (KGPAA) Hamangkunagoro Sudibyo Rajaputra Narendra Mataram mendeklarasikan ikrar naik tahta Keraton Surakarta. Putra bungsu SISKS Pakubuwono XIII itu menyebut dirinya SISKS Pakubuwana XIV.
“Saya, KGPAA Hamangkunagoro Sudibyo Rajaputra Narendra Mataram, pada hari ini, Rabu Legi 14 Jumadil Awal tahun dal 1959, atau tanggal 5 November 2025, naik tahta Kasunanan Surakarta Hadiningrat dengan sebutan SISKS Pakubuwana XIV,”ucapnya
“Saya perintahkan untuk memberangkatkan ayah saya ke Pajimatan Imogiri. Laksanakan.” pungkasnya dalam pidato tersebut.
KGPAA Hamangkunegoro memiliki nama asli Gusti Raden Mas Suryo Aryo Mustiko. Ia lahir pada 26 September 2002. Ketika dinobatkan menjadi Putra Mahkota tahun 2022 lalu, dirinya tengah menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Diponegoro dan lulus pada tahun 2023. Setelah itu, ia melanjutkan studi Magister Politik dan Pemerintahan Universitas Gajah Mada sejak Agustus lalu.





























