“Manusia tidak pernah lahir sendiri. Selalu ada empat roh lain yang ikut lahir dan menyerupai wujud manusia. Mereka namanya “sedulur papat limo pancer,”.( Ki Anto Sutanto)
Tuban, Ronggolawe News – Di berbagai daerah, masyarakat juga mengenal konsep ini dalam sebutan khodam leluhur atau pendamping yang berkaitan dengan pelindung gaib. Dalam filosofi ini, setiap orang dipercaya lahir didampingi unsur-unsur yang sudah ada sejak dalam kandungan.
Semua unsur ini, menurut Pemerhati Kabudayan Jawa. Ki Anto Sutanto, konon saling mempengaruhi dalam diri manusia dan menjadikannya satu kesatuan. Dalam Primbon Jawa, Sedulur Papat Limo Pancer dipercaya sebagai berikut.
1. Kakang Kawah
Ini adalah sebutan dari air ketuban yang melindungi bayi dalam janin. Dalam proses kelahiran, air ketuban keluar pertama kali, oleh karenanya masyarakat Jawa menganggapnya sebagai Kakang, atau Kakak.
2. Adi ari-ari
Sebutan ini diberikan untuk plasenta. Disebut adi, yang berarti adik dalam Bahasa Jawa, karena ari-ari dikeluarkan setelah bayi dilahirkan.
3. Getih
Getih dalam Bahasa Indonesia adalah darah. Ini adalah hal utama yang menghidupi bayi dan ibu serta melindungi bayi dalam kandungan.
4. Puser
Mengacu pada pusar, atau tali plasenta. Ini merupakan penghubung yang kuat antara ibu dan bayi sekaligus menjaga kelangsungan hidup bayi dengan menyalurkan nutrisi makanan selama dalam kandungan.
5. Pancer
Pancer adalah tubuh atau wadah yang merupakan pusat kehidupan manusia di dunia.
Konon, sedulur papat limo pancer menjadi teman gaib yang mendampingi dan melindungi ke mana pun kita pergi.
“Salah satu upacara adat Jawa untuk menyambut kelahiran bayi dimana memiliki makna sebagai ungkapan syukuran atas proses kelahiran yang lancar,
Salah satunya seperti budaya yang berasal dari Jawa yaitu tradisi selapanan. Tradisi ini dimaknai sebagai upacara adat dalam menyambut bayi yang baru lahir, hal ini bertujuan agar bayi mendapat keselamatan kelak di masa depan serta terhindar dari gangguan makhluk-makhluk jahat yang dapat mencelakainya,” terang Ki Anto.
Ditambahkan oleh Ki Anto Sutanto. Tradisi Selapanan merupakan cerminan bahwa manusia hendaknya memiliki hubungan erat yang harmonis dengan lingkungan masyarakat dan alam sekitar. Melalui peringatan Selapanan, orang tua memperkenalkan bayinya kepada para tetangga, dan para tetangga menerima si bayi sebagai bagian dari masyarakatnya.
Lalu apa saja yang disiapkan untuk selapanan bayi. Menurut Pemerhati Tosan Aji asli orang Tuban itu mengungkapkan.
“Telur sering dipilih sebagai lauk pelengkap dalam selapanan, karena dianggap melambangkan asal-usul kehidupan. Selain menyiapkan hidangan untuk doa selapanan, juga disiapkan perlengkapan lain seperti kembang setaman, gunting, kemenyan, dan lain-lain untuk melaksanakan prosesi mencukur rambut bayi,” ungkapnya.
Ki Anto menjabarkan bahwa Orang Jawa mengenal kata selamatan untuk menyebut salah satu jenis ritual dalam budaya Jawa. Selamatan berarti syukuran biar selamat, tidak ada rubedo atau kesulitan. Selamatan bayi merupakan salah satu selamatan yang paling populer di kalangan orang Jawa
Orang Jawa adalah mereka yang tinggal di Pulau Jawa, melestarikan adat istiadat Jawa, menggunakan warisan budaya Jawa dari nenek moyangnya, dan berbicara dengan bahasa Jawa. Daerah asal orang Jawa adalah pulau Jawa.
Ritual bagi orang Jawa merupakan wujud pengabdian kepada Tuhan. Bukti pengabdian itu, sebagian diwujudkan dalam bentuk simbol-simbol ritual yang memiliki makna filosofis. Simbol-simbol ritual merupakan ekspresi atau pengejawantahan dari penghayatan dan pemahaman akan “realitis yang tidak. terjangkau menjadi “sangat dekat dengan kehidupan orang Jawa. Dengan simbol simbol ritual tersebut, orang Jawa menganggap bahwa Tuhan Yang Maha Kuasa selalu hadir dan terlihat, “menyatu” dalam dirinya di dalam kehidupan sehari-hari.
Simbol-simbol ritual bagi orang Jawa merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Tuhan, sebagaimana ungkapan Manunggaling Kawulo Gusti dalam kaitan dengan Tuhan, roh manusia senantiasa diajak berbuat kebaikan oleh Tuhan.
Simbol-simbol ritual di antaranya adalah ubarampe ‘kelengkapan yang disajikan dalam berbagai tradisi urang jawa, termasuk dalam selamatan bayi.
Ubarampe selamatan bayi itu merupakan aktualisasi dari pikiran,” terang Ki Anto Sutanto mengakhiri.
Tuban. Sabtu Legi. 26 Oktober 2024
Pukul 09.10 WIB.