Mojokerto, Ronggolawe News – Warga Dusun Paras Desa Kembangbelor, Pacet, Mojokerto guyub rukun bersatu menggelar Tradisi Ruwah Dusun Ngunduh Patirtan.
Tradisi ini dilaksanakan setiap tahun di bulan Ruwah/Syahban sebagai bentuk rasa syukur masyarakat kepada Tuhan YME dengan adanya sumber mata air yang memberi manfaat besar pada alam juga kehidupan masyarakat serta bentuk penghormatan warga Paras pada lingkungan hidup.

Kegiatan dimulai sejak hari Jumat 14/02/2205 yakni kegiatan Reresik atau bersih-bersih sumber mata air dan penanaman pohon di Belik Nogo antara lain pohon gayam, bendo, lo, beringin, bulu, dan bambu.
Kegiatan dilanjutkan hari Sabtu pada tanggal 15/02/2025 yakni pembacaan ayat suci Al Quran di makam sesepuh dusun yaitu Mbah Radiman dan di Pendopo Mbah Jurang Dowo, pada malam harinya di laksanakan Tahlil dan doa di pimpin oleh Kepala Dusun Paras H. Ahmad Khudori di lanjutkan dengan kenduri bersama. Ngunduh Patirtan di laksanakan pada hari Minggu 16/02/2025. Ada empat kegiatan yang dilaksanakan yakni 1. Umbul Dungo 2. Ngunduh Patirtan 3. Napak Tilas Tirta dan 4. Kirab Matirta.

UMBUL DUNGO
Pembacaan ayat suci Al Quran yang dibacakan secara berjamaah oleh generasi muda dusun Paras yang di mulai sejak pagi hari di area sumber mata air Belik Nogo.

NGUNDUH PATIRTAN
Prosesi ritual di mulai dengan pengaturan sesaji yang dilakukan oleh tokoh kasepuhan adat dilanjutkan dengan pagelaran Wayang Beber oleh dalang muda Paras di ikuti pembacaan mantra raja kala cakra oleh seluruh peserta yang terdiri dari Anggota Kasepuhan, Kanoman, Pengrawit, Dayang, Panji, dan juga Bekel. Acara di lanjutkan dengan prosesi pengambilan air di empat mata air di Belik Nogo yang dilakukan oleh Kasepuhan adat. Acara ditutup dengan pembacaan doa bersama.

NAPAK TILAS TIRTA
Air sumber mata air yang telah di masukan di dalam dua gentong tanah liat kemudian di panggul oleh para Bekel. Urutan barisan Napak Tilas Tirta yaitu Panj, Dayang, Pengrawit, Kanoman, Kasepuhan di akhiri Bekel yang berjalan bersama melintasi hutan dan jalan desa menuju perbatasan dusun Paras, perjalanan ini menempuh jarak sekitar dua kilometer

KIRAB MATIRTA
Ritual di laksanakan di pertigaan perbatasan dusun Paras, Prosesi pertama yakni tarri tradisional Jawa yang ditampilkan oleh sang penari wanita. Dilanjutkan pembacaan mantra dan doa oleh Sesepuh dan Tokoh adat dusun Paras H. Ahmad Khudori. Para peserta Ngunduh Patirtan duduk terdiam bersila melingkar, suasana kidmat dan syahdu membahana saat lantunan mantra dan doa di kumandangkan. Suasana cerah menaungi seluruh prosesi. Tiga gususan gunung yang mengitari dusun Paras yakni gunung Penanggungan, Arjuna Welirang, dan Anjasmara nampak berdiri seakan menjadi saksi suksesnya perhelatan budaya dan tradisi yang tetap lestari untuk menghargai jasa leluhur dusun Paras

Air sumber di gentong kemudian di letakan pada ancak berbentuk Dewi Kilisuci sebagai simbol kemakmuran. Acara selanjutnya kirab ancak serentak yang dikuti oleh seluruh warga Paras yang terdiri dari 6 RT. Kirab di awali oleh ancak Pamsimas sebagai panitia Ngunduh Patirtan tahun 2025 yang terdiri dari Ancak Dewi Kilisuci dan ancak hasil bumi lalu di ikuti oleh beraneka macam ancak yang unik dan kreatif dari masing-masing RT.
Warga nampak penuh semangat mengikuti tradisi ini dengan mengenakan busana tradisional yang bertujuan uri-uri budaya adi luhung Jawa. Setelah tiba di lapangan desa doapun kembali di gelar oleh sesepuh dusun selanjutnya ancak di persilahkan di rebut oleh warga sari luar dusun Paras.

“Ngunduh Patirtan dan sedekah bumi ini
saya rasa berjalan dengan baik dan lancar sesuai rencana yang sudah ditetapkan. Alhamdulillah di tahun ini kami para Kanoman di desa sudah mulai memahami hakikat dan makna dalam acara sehingga kami dapat mengkader dari awal para generasi penerus agar mereka mengetahui sejak dini tentang ritual, ruwatan, tradisi, dan kebudayaan agar dimasa depan mereka dapat menjadi generasi yang memiliki visi tradisi dan teknologi” ujar Surya Ady Tama anggota Kanoman dusun Paras.

Ngunduh Patirtan merupakan wujud nyata semangat warga menjaga tradisi dan budaya agar tak lekang oleh jaman dan kelak menjadi warisan luhur bagi generasi masa depan Paras. Reportase dan foto (Ivu Fajar/Ronggolawe News)