Bojonegoro, Ronggolawe News – Pemkab Bojonegoro menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam sosialisasi percepatan penurunan stunting. Salah satunya melalui program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) dengan pelayanan keluarga berencana (KB). Kegiatan digelar di Gedung Ahmad Yani Makodim, Jum’at (03/06/2022).
Dalam kegiatan sosialisasi ini dihadiri Kasdim 0813 Bojonegoro Mayor Inf I Putu Gede Widarta, Koordinator Bidang Kelompok Bimbingan Konseling Remaja (KBKR) BKKBN Provinsi Jawa Timur Waluyo Ajeng Lukitowati, S.ST., M.M., Perwakilan anggota Persit Kartika Chandra Kirana (KCK) Cabang XXVIII Bojonegoro, dan Sekretaris Dinas P3AKB Kabupaten Bojonegoro Nadif Ulfia, S.Sos, Danramil/Danposramil dan Persit Kartika Chandra Kirana (KCK) jajaran Kodim 0813 Bojonegoro, serta para Koordinator Penyuluh KB se- Kabupaten Bojonegoro
Kepala Dinas P3AKB, yang diwakili Sekretaris Dinas P3AKB Nadif Ulfia, dalam laporannya mengatakan mengatakan upaya percepatan penurunan stunting merupakan prioritas nasional untuk mewujudkan sumber daya manusia yang sehat, cerdas, dan produktif. Maka, pemerintah terus berupaya bekerja sama dengan berbagai lintas sektor seperti TNI sudah terjalin sejak lama.
“Wujud nyata dari kerjasama itu diantaranya adalah program Manunggal TNI dan KB Kesehatan yang dicanangkan setiap tahun, pengawalan terhadap pelayanan KB di berbagai pelayanan kesehatan, serta peran aktifnya anggota TNI dalam kegiatan penyuluhan dan konseling KB sebagai motivator KB pria maupun wanita,” ucapnya.
Lebih lanjut, Nadif Ulfia mengatakan, sesuai Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 72 Tahun 2021 tentang percepatan penurunan stunting, BKKBN mendapatkan amanat menjadi koordinator percepatan penurunan stunting di Indonesia. Untuk melakukan penurunan prevalensi stunting tersebut, Presiden RI Joko Widodo telah mencanangkan target menjadi 14% pada tahun 2024. Namun angka stunting masih berada pada angka 27,7% (SSGBI 2019).
“Hal ini menjadi tantangan bersama untuk memperkuat program ‘Bangga Kencana’ dalam mendukung percepatan penurunan stunting melalui sosisalisasi stunting dan pelayanan KB kesehatan,” ungkapnya.
Menurut dia, pencapaian program KB dalam percepatan penurunan stunting sangat ditentukan oleh keikutsertaan masyarakat, terutama bagi Pasangan Usia Subur (PUS) dalam ber- KB. Penggunaan KB tersebut mampu mencegah kejadian stunting yaitu ibu mempunyai banyak waktu, energi, dan sumber daya untuk menyusui bayi yang dilahirkan dan fokus terhadap pengasuhan anak pada periode 1000 HPK.
Selain itu juga kehamilan yang direncanakan dan terjadi ketika wanita berusia 18 tahun lebih, praktik menyusui menjadi lebih baik dan mengarah pada perbaikan nutrisi anak. Hal tersebut perlu didukung dengan sarana dan prasarana KB yang memadai, serta tenaga pelayanan KB yang kompeten dan pemahaman masyarakat terkait program Bangga Kencana.
Ia juga menambahkan untuk terus meningkatkan komitmen masyarakat (Pasangan Usia Subur) dalam ber KB, diperlukan pula adanya dukungan dari berbagai pihak terkait antara lain stakeholder, provider dan mitra kerja baik pemerintah maupun swasta untuk memberikan pelayanan KB yang berkualitas.
“Hal ini sangat penting untuk terus menjalin kerjasama dalam meningkatkan komitmen dan dukungan dari berbagai pihak untuk pencapaian program Bangga Kencana,” tandas Nadif Ulfia.
Sementara itu, Komandan KODIM yang dalam hal ini diwakili Kasdim 0813 Bojonegoro Mayor Inf I Putu Gede Widarta mengatakan program pelayanan KB kesehatan reproduksi menjadi upaya dalam menekan angka bayi lahir dengan stunting, dan hal ini menjadi program yang terus digaungkan oleh BKKBN yaitu program ‘Dua Anak Lebih Sehat’ melalui KB.
Sementara Keluarga Berencana (KB) sendiri tujuannya untuk mengatur kehamilan Pasangan Usia Subur (PUS), yaitu diantaranya mencegah usia kehamilan yang terlalu dini dan jarak kehamilan yang terlalu dekat. Sehingga, hal ini sangat berperan dalam meningkatkan kesehatan ibu serta memastikan ketercukupan gizi anak.
“Harapannya adalah dapat terwujudnya generasi dengan kualitas tinggi, yaitu generasi yang sehat, cerdas dan mandiri,” kata Kasdim.
Selaku narasumber, Koordinator Bidang KBKR BKKBN Provinsi Jawa Timur, Waluyo Ajeng Lukitowati, S.ST., MM., memaparkan tentang manfaat dalam ber-KB diantaranya dapat mencegah kurangnya darah atau anemia, mencegah perdarahan pada persalinan, mencegah kehamilan tidak diinginkan, meningkatkan keharmonisan keluarga dan memiliki peluang besar untuk aktualisasi pasangan suami isteri.
“Selain itu juga dapat terjaminnya tumbuh kembang anak, terpenuhinya kebutuhan ASI, serta membantu pengendalian jumlah penduduk, berkontribusi kepada pengendalian lingkungan dan tercapainya tujuan pembangunan bangsa,” ungkapnya.
Program pelayanan KB tersebut merupakan upaya dalam rangka percepatan penurunan stunting, karena ibu memaikan peran penting dalam pemberian makan keluarga. Sehingga dalam penurunan kematian, ibu dapat berpengaruh positif terhadap gizi bayi dan anak.
“Karena ibu memiliki lebih banyak waktu, energi serta sumber daya untuk menyusui dan memberi makan bayi dan anak,” kata Waluyo Ajeng Lukitowati, S.ST., M.M.Sementara itu, Kasdim 0813 Bojonegoro Mayor Inf I Putu Gede Widarta mengatakan bahwa bahwa program pelayanan KB kesehatan reproduksi menjadi upaya dalam menekan angka bayi lahir dengan stunting, dan hal ini menjadi program yang terus digaungkan oleh BKKBN yaitu program ‘Dua Anak Lebih Sehat’ melalui KB.
Sementara Keluarga Berencana (KB) sendiri tujuannya untuk mengatur kehamilan Pasangan Usia Subur (PUS), yaitu diantaranya mencegah usia kehamilan yang terlalu dini dan jarak kehamilan yang terlalu dekat. Sehingga, hal ini sangat berperan dalam meningkatkan kesehatan ibu serta memastikan ketercukupan gizi anak.
“Harapannya adalah dapat terwujudnya generasi dengan kualitas tinggi, yaitu generasi yang sehat, cerdas dan mandiri,” kata Dandim 0813 Bojonegoro dalam sambutannya.
Selaku narasumber dalam acara ini, Koordinator Bidang KBKR BKKBN Provinsi Jawa Timur, Waluyo Ajeng Lukitowati, S.ST., MM., memaparkan tentang manfaat dalam ber- KB diantaranya yakni dapat mencegah kurangnya darah atau anemia, mencegah perdarahan pada persalinan, mencegah kehamilan tidak diinginkan, meningkatkan keharmonisan keluarga dan memiliki peluang besar untuk aktualisasi pasangan suami isteri.
“Selain itu juga dapat terjaminnya tumbuh kembang anak, terpenuhinya kebutuhan ASI, serta membantu pengendalian jumlah penduduk, berkontribusi kepada pengendalian lingkungan dan tercapainya tujuan pembangunan bangsa,” ungkapnya.
Program pelayanan KB tersebut merupakan upaya dalam rangka percepatan penurunan stunting, karena ibu memaikan peran penting dalam pemberian makan keluarga. Sehingga dalam penurunan kematian, ibu dapat berpengaruh positif terhadap gizi bayi dan anak.
“Karena ibu memiliki lebih banyak waktu, energi serta sumber daya untuk menyusui dan memberi makan bayi dan anak,” kata Waluyo Ajeng Lukitowati, S.ST., M.M.(*/fif/nn)